Cerita tentang Ranukumbolo, Semeru


" Gunung memang tidak membuat masalah dalam hidup kita menghilang, tapi digunung dapat membuat masalah dalam hidup kita seakan tidak berarti"




Ini liburan yang telah lama aku tunggu, liburan yang membuatku terus membayangkan seberapa hebat perjalanannya, seberapa hebat cerita yang akan tercipta, dan coba tebak jawabannya .... Benar benar hebat

Kami memulai untuk merencanakan perjalanan ini sejak jauh jauh hari, semua telah dipersiapkan, tiketpun sudah terbayar, gruppun telah terbentuk, dan anggotapun telah siap untuk melangkah...

Hingga diminggu-minggu terakhir , perjalanan ini terancam batal,kenapa ?..

Seminggu sebelum perjalanan ini dimulai, aku menerima pesan bahwa ada project yang harus segera dikerjakan , yaitu untuk membuat pengecoran al/znO, dan itu harus dikumpulkan laporannya hingga maksimal tanggal 26 desember, sedangkan aku berangkat tanggal 25 desember.. Akupun bekerja siang malam memastikan semua project ini tepat waktu untuk dikumpulkan,namun karena team kami belum pernah melakukan eksperimen, akhrinya banyak kesalahan yang terjadi, tak terhitung berapa eksperimen yang gagal, dimarahi dosen karena membuang-buang bahanpun sudah menjadi hal yang biasa bagi kami.

Waktu terus berlalu, hari berganti hari terus berlalu, aku mulai putus asa, dan tidak ada cara lain selain kabur dari project ini dan tetap melanjutkan perjalananku,namun hati nuraniku tidak bisa melakukannya, aku harus bertanggung jawab terhadap teamku, namun juga aku harus liburan, jika tidak, terpaksa aku harus mengganti rugi semua biaya perjalanan kelompokku dan membunuh ekspektasi akan keseruan liburanku.

Tiba dihari senin, keputusanku telah bulat, aku berangkat, namun juga tidak meninggalkan tanggung jawabku. Meskipun eksperimen masih banyak yang gagal, namun laporan kemajuan telah aku siapkan dengan berbagai macam kemungkinan untuk berjaga-jaga.

Sore harinya aku di WA untuk hal yang mendadak dari anggota kami, 2 orang memutuskan untuk tidak ikut, kamipun sempat bergaduh digrup WA, memang bukanlah hal yang mudah saat semua sudah tertata rapi, tiba-tiba ada yang membatalkan rencana, akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di angkringan jawa untuk memutuskan tentang semua hal ini, benar saja, fauzul dan pacarnya memutuskan untuk tidak ikut, dikarenakan faktor cuaca dijember beberapa hari ini yang turun hujan selalu saat pagi, siang, malam, kamipun tidak bisa berbuat apa-apa, itu sudah keputusan mereka, selebihnya kami mempersiapkan keperluan untuk keberangkatan kami besok. Malam harinya kami mempersiapkan semuanya, mulai dari peralatan muncak dan lain-lain, setelah semuanya beres akupun pergi tertidur.

Pagi hari,kami harusnya berangkat jam 5 pagi,namun karena apa daya, cuaca diluar masih hujan akhirnya kita baru berangkat jam 8.12 , sebenarnya aku juga tertidur sih, jadinya ya alhamdulillah hujan..hahaha.. Jam 8.12 kita berangkat, menuju kota lumajang, diperjalanan kami berhenti sebentar di warung makan pada ujung kali bondoyudo, menikmati nasi pecel dengan lauk telur ceplok. Perjalanan kami lanjutkkan hingga kesenduro dan melewati lebatnya hutan di ranupani. Jalan yang benar-benar asik menurutku, aspal yang mulus namun harus dikejutkan dengan datangnya hujan, yang membuat perjalan yang dingin tambah dingin lagi.

Sesampainya ditempat, kami langsung memarkir sepeda dan berteduh disebuah toko karena lebatnya hujan, aku turun kebawah  untuk mengurus masalah perijinan yang ternyata sangat ribet ,ketat dan aku berapa kali kenak semprot oleh petugas yang marah-marah, belum lagi aku memaksakan memakai surat sehat sehat hasil scanan dan editan, hahaha..


Didalam hujan yang tak kunjung berenti, kami berpindah tempat ke klinik untuk pemeriksaan kesehatan, untung disini mas perawat yang jaga sangat-sangat baik dan perhatian kepada kami, ya meskipun harus bayar mahal sih untuk masalah surat kesehatan, yang biasanya Cuma 5000 disini malah 25.000, ya tapi gimana lagi, masak mau gak naik..

Setelah mengurus semuanya, akhirnya kami menuju tempat briefing dan di breafing tentang bagaimana cara untuk naik ke atas ranukumbolo dan lain-lain, karena diluar masih hujan, akhirnya kami memutuskan untuk menginap dulu sementara diranupani. Kondisi sangat dingin waktu itu dan kami menggelar matras kami didepan kantor yang tak dihuni, cuaca makin malam makin dingin, dan aku tak yakin akan bertahan semalaman dengan kondisi sedingin ini, hingga tak lama fariz datang dengan membawa berita bagus, bahwa dia menemukan penginapan khusus pendaki, dan alhamdulilllah akhirnya kita bisa tidur dengan nyaman disana, dengan tempat yang lebih hangat dari pada dipinggir jalan ditusuk dinginnya malam.

Berikutnya, tak lama kemudian aku terbangun, aku harap ini sudah pagi hari dan kita siap untuk berangkat, aku cek jam dihandphone ternyata masih jam 23.00,  ternyata aku masih tidur selama 1 jam,dan tidak bisa tidur lagi karena rasa dingin yang menyelubungi kakiku. Berikutnya aku dengar suara dari sekitarku, aku pikir hanya aku saja, tapi ternyata semuanya juga tidak bisa tidur, akhrinya kami malah menghabiskan waktu dengan bergosip ria dan saling membuly sepanjang malam sampai jam 2, hahaha.. Sangat menyenangkan.

Pagi harinya , kami merapikan semuanya, siap-siap untuk berangkat mendaki, beberapa anak pergi ketoilet, beberapa ada yang menunggu dibawah, beberapa menyiapkan sarapan energen untuk pagi ini. Sekitar jam 8 pagi kami berangkat mendaki dengan semangat riang, beberapa ada yang bernyanyi seakan akan mau pergi berpiknik saja.


Akhirnya sampai dipintu gerbang pendakian, Setelah berfoto-foto didepan pintu gerbang, kami melanjutkan perjalanan ke tanjakan pertama, tanjakan yang menguji stamina kita untuk pertama kalinya, mulai keliatan wajah-wajah lesu dan tampak menyerah dari mereka, beberapa langkah kita mendaki, berhenti, beberapa langkah lagi dan kita berhenti. Kadang aku melihat kebawah, kepintu gerbang tadi, tak kusangka,kita masih berjalan beberapa puluh meter, kadang aku berfikir , apakah treknya akan seperti ini terus ? , akhirnya kita beristirahat ditempat yang anak-anak namakan indomaret, beberapa membeli gorengan dan lain-lain, mulai dari sini harga gorengan menjadi 2.500 per item,memang sangat mahal jika dibandingkan gorengan dikota jember. Setelah istirahat beberapa lama dan mencari beberapa tongkat untuk para wanita, kita melanjutkan perjalanan ke pos pertama, jalanan cukup landai, namun kita tetap saja berhenti beberapa kali saat ada yang merasa capek, kita terus berjalan menanjak, entah 3-4 km berikutnya kita mencapai pos 1, disana ada banyak orang berjualan gorengan dan buah-buahan, meskipun gorengan yang ibu-ibu itu jual sudah dingin,tapi rasanya, bukan main enaknya, terlebih petisnya yang bikin nagih-nagih dan nagih lagi..




Setelah beristirahat cukup lama, kami melanjutkan perjalanan ke pos 2, sambil menyanyikan lagu kami menikmati perjalanan yang begitu landai dipos 2, sambil membuli dua orang pasangan dadakan didepan kami, mas wira dan milia, hahaha.. Menyenangkan sekali waktu itu, kami banyak bercanda diperjalanan ini ,sesekali berhenti untuk beristirahat dan lagi-lagi kami membicarakan hal yang konyol dan tidak berfaedah sambil sesekali membully lagi mas wira dan lain-lain, kadang juga aku yang dibully hahaha..

Tak lama kemudian kami sampai pada pos 2, sepertinya antara pos 1 dan pos 2 meupakan rute yang paling pendek diantara pos yang lain-lain, kami beristirahat selama beberapa saat disini, lagi-lagi untuk membully dan saling membully, kali ini kita tidak berbelanja dan makan apapun disini. Kabut mulai datang dan awan tebal mulai datang, kamipun melanjutkan perjalanan.



Perjalanan dari pos 2 ke 3, merupakan perjalanan yang paling berat menurutku, kami memecah team menjadi 2, aku yang menajaga team nomer 1 didepan yang diisi oleh para wanita agar mempercepat langkah, rute yang naik turun , tidak selandai perjalanan tadi sangat menguras tenaga kami, hingga pada titik tertentu,hujan mulai turun. Aku pikir tidak apa untuk berhujan hujanan, toh mungkin sedikit lagi sudah pos 3, namun tak disangka tak diduga, hujannya berubah menjadi sangat lebat, kami segera memasang mantel plastik robek kami yang seakan-akan tidak berguna itu, berusaha melewati derasnya hujan, kedinginan, dengan sepatu basah dan celanayang juga  mulai basah, air mengalir melalu jalan setapak membuat langkah kami semakin rawan untuk tergelincir. Dalam hujan yang makin deras dan tidak berhenti aku memperkuat langkahku, tapi yang lebih penting adalah semangatku, melihat beberapa team mulai kedinginan dan tak mampu berjalan, sesekali berhenti untuk istirahat membuatku berpikir apakah masih jauh, sampai kapan akan begini, beberapa pendaki yang turun mengatakan bahwa pos 3 sudah tidak jauh dan sedikit lagi sampai, hal yang seperti itu yang membangkitkan harapan kami, namun pos yang dijanjikan tak pernah muncul , kami menyeberangi jembatan merah, terbuat dari kayu,dan sangat kokoh, berjalan kembali melewati jalan dengan kanan tebing sedangkan sebeleh kiri kami adalah jurang, yang sedikit saja hilang konsentrasi bisa saja kami menjadi korban berikutnya, kami terus berjalan melewati beberapa belokan hingga kami menemukan jembatan merah yang kedua, berjalan dan beristirahat sudah menjadi pola kami, terus berjalan menanjak, berbelok, melewati kabut, masih dalam keadaan hujan dan kedinginan, hingga pada suatu saat, dibalik kabut, kami mulai mendengar keramaian dan mulai tampak payung dan terpal warna warni menandakan kami sampai di pos 3, sesampai disana aku langsung duduk dibangku yang tersedia, semuanyapun begitu, melawan kedinginan, kami masuk kedalam terpal terpal mencari tempat yang lebih hangat, memakan beberapa gorengan untuk mengganti tenaga kami yang telah hilang, duduk menunggu hujan yang tak kunjung berhenti.

Hujan yang begitu lama telah turun tidak berhenti dan tidak ada tanda tanda akan berhenti, kami kedinginan, menggigil, capek, beberapa bertahan dengan bajunya yang basah, dengan keadaan menggigil, pos 3 begitu ramai dengan pendaki, merekapun juga kehujanan dan mencari sumber api disekitar sana, namun hujan begitu deras, hingga hangatnya apipun sepertinya tidak terlalu berasa, akupun terlalu capek untuk bergerak, terlalu dingin juga, aku ingin memejamkan mata dan tidur, namun fariz dengan keadaan menggigil berkata padaku,

" mas, jangan tidur, atau kamu akan terkena hipotermia, bahaya mas"

Namun aku tidak bisa menahannya, aku ingin tidur. Dalam keadaan putus asa dipos 3, kami mengalami kebingungan, antara turun kebawah, gagal keranukumbolo dengan kondisi kelelahan kami, atau tetap memaksakan naik melewati tanjakan yang cukup curam, dengan kondisi badan yang menggigil dan hujan yang turun lebat. Namun kami juga sadar, untuk sampai keranu pani,kebawah, kita harus berjalan 8 km, atau kita bisa memilih diam ditempat, dipos 3, kedinginan, menunggu hipotermia akan membunuh kami. Akhirnya semua sepakat untuk terus melanjutkan perjalanan, walau aku sadar masih hujan dan kelelahan, seakan perjalanan ini  mustahil.

Kami berangkat melewati tantangan pertama berupa tanjakan yang lumayan tinggi, pelan-pelan kami melangkahan kaki, takut salah langkah dan tergelincir, saling bantu membantu apa bila ada yang kesusahan, bagiku yang memang memakai sepatu tentu tidak mengalami kesulitan dalam mencengkram, namun beberapa memakai sandal yang tentunya akan menyulitkan pendakian. Setelah melewati tanjakan, jalan mulai landai dan kami melanjutkan perjalanan, sesekali berhenti untuk istirahat, melanjutkan perjalanan lagi, terus berjalan selama 1 jam hingga pada suatu ketika, dari kejauhan tampak beberapa warna warni, hal yang aneh digunung yang berwarna coklat dan hijau, kami melangkahkan kaki lebih jauh lagi dan betapa kagetnya kami melihat sebuah danau terbentang indah besar didepan kami, sebuah pemandangan yang sangat indah dan mempesona yang membuat kami melupakan sejenak rasa capek kami, sebuah pemandangan yang membayar kerja keras dan rasa capek kami. Aku masih mengingat tawa lepas dan ekpresi anak-anak saat melihat ranukumbolo untuk pertama kali, tawa kegirangan dan rasa kagum menjadi satu. Hal aneh berikutnya yang terjadi adalah kami malah mempercepat langkah kami, capek mulai tidak terasa, perjalanan yang sulit seakan tidak ada apa-apanya dan setelah kami sampai dibawah kebawah,didepan air danau kumbolo,kami mengambil air, dan mencuci wajah, air danau menyegarkan wajahku, kami berjalan melewati pinggiran danau hingga sampai ditempat camping.



Tanpa mengambil kesempatan untuk istirahat, kami segera mendirikan tenda, karena kami tahu bentar lagi malam dan kami harus segera istirahat. 3 tenda telah berhasil berdiri, tenda terakhir adalah yang tersulit, perlu berkali kali bongkar pasang untuk membuatnya dapat berdiri, sementara yang cewek, masak untuk makan malam kami. Matahari telah terbenam dan suasana mulai gelap, senter senter mulai dipersiapkan dan masakan juga telah selesai di masak, kami memakan sop petang itu, dan sumpah..ini adalah sop yang terenak yang pernah aku makan diatas gunung, karena tentu saja ini adalah yang aneh bisa makan sop digunung, biasanya kalo kegunung ya kita lagi-lagi makan mie dan makan mie pagi siang malam, tapi kali ini terasa berbeda karena ada sop dan nasi..wah begitu mewahnya makan malam kami.

Malam waktu itu begitu dingin, setelah makan aku dan mas wira memutuskan untuk tidur sejenak, sementara yang lain pergi ke api unggun untuk menghangatkan badan, tak lama kemudian aku dibangunkan oleh ableh dan faris, untuk mengobrol hal yang unfaedah, dan bercanda mesalah remeh temeh terutama masalah percewek.an,mas wira dan beberapa wanitanya..hahaha.. Sungguh obrolan tidak penting namun sangat menyenangkan,hangat dan bukankah seharusnya seperti itu obrolan dalam pertemanan ?,

Tak lama kemudian aku tertidur kembali. Kali ini aku terbangun karena kakiku terlalu dingin dan didepanku duduk segerombolan gadis gadis entah membicarakan tentang apa, dan pada akhirnya aku harus terusir dan mengalah karena mereka memutuskan untuk tidur ditendaku yang hangat , hangat karena telah aku pakai untuk tidur sih,sedangkan tenda mereka basah karena sleeping bag mereka yang kehujanan,bagiku sudah sewajarnya kami memprioritaskan mereka, lebih baik kami yang kedinginan dan mereka merasa nyaman, tanpa mereka, perjalanan ini akan terasa berbeda, setelah itu aku pindah ke tenda sebelah dan tidur bersama pak wahyu.

Sebelum aku tidur, aku masih menyempatkan untuk memulai obrolan lagi ditengah malam, lagi-lagi obrolan ringan dan tidak penting namun menghangatkan, kamipun tertawa puas ditengah malam itu hingga rasa kantukpun datang dan menyuruhku untuk tertidur. Malam yang sangat dingin, aku tertidur namun tetap saja rasa dingin membuatku terus menerus terbangun hingga jam 4 pagi, aku memutuskan untuk melihat keluar tenda, menantikan datangnya sunrise yang dijanjikan, namun karena datangnya kabut, sunrise masih belum muncul, akupun meringkuk kembali kedalam tendaku. Jam 4.30 aku memeriksa kembali keluar tenda, anak anak mulai terbangun,namun sunrise masih tertutup kabut, jam 5 aku mengecek lagi keadaan dan masih sama, hingga jam 5.30 aku memtuskan untuk keluar saja dari tenda dan beraktivitas pagi, membuat kopi dan menikmati pagi.


Dipagi hari yang dingin sudah merupakan jadwalku untuk mengosongkan muatan, aku pergi ke toilet umum, dan betapa kagetnya aku saat air disini tak sedingin yang dibayangkan, malah terkesan hangat, hingga aku sadar, bukan air yang hangat, tapi kakiku yang terlalu dingin hingga dinginnya air pun tak terasa bagiku. Setelah siap-siap ditoilet akupun berada kondisi yang segar.


Melihat persedian air yang mulai menipis, aku dan faris mengambil air didanau, meskipun masih bercampur dengan sedikit partikel kotoran, air ini masih dapat diminium langsung, beberapa anak lainnya mencuci dan memasak makanan untuk sarapan, pagi ini kami makan nasi dan mie ditambah sosis, dan makanan sederhana yang biasanya aku enggan untuk memakannya, ditempat ini terasa sangat nikmat, entah bagaimana bisa seperti itu.

Setelah makan kami berfoto-foto, beberapa berjalan kedanau, tapi aku dan mas wira ingin menunaikan tekad kami, untuk berjalan ditanjakan cinta , bukan untuk mempercai mitos atau apalah itu, tapi ya sekedar membuktikan pada diri sendiri bahwa jangankan tanjakan cinta, gunungpun akan ku lalui jika itu untuk memperjuangkan cinta seseorang.. Kami mulai mendaki,bukan tanjakan yang mudah, perlu power yang besar, perlu semangat yang tinggi dan tekad yang kuat, ditengah perjalanan kakiku sudah mulai melemah, aku sendiri mulai kehausan, namun tekadku masih tidak juga padam, pelaan tapi pasti aku mulai menuju puncak, dan saat mencapai puncak, aku mulai berteriak ke mas wira,

 "ayo mas, pemandangannya diatas sini bagus banget,"

akupun tak menyangka,masih ada saja kejutan lain diranukumbolo, sebuah hamparan padang rumput yang luas, oro-oro ombo.. Dengan pemandangan gunung semeru dibaliknya, kereeen.. Kami duduk sebentar menikmati anugerah Tuhan ini , berkenalan dengan beberapa pendaki dan berfoto-foto diatas.


Setelah turun dari tanjakan cinta, kami mulai mempacking ulang carier kami, siap untuk pulang, setelah berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan, melewati trek yang sama seperti saat kami naik, kali ini dengan hati yang gembira namun juga tidak tega untuk meninggalkan keindahan alam ini, kami berjalan melewati padang rumput, naik turun, berulang kali istirahat hingga mencapai pos 3 dan berisitirahat sebentar mengingat kembali, bahwa kemarin kami bisa saja putus asa dan mati dipos ini.



Rombongan mulai terpecah menjadi dua dipos 3 ini, beberapa pejalan cepat ada didepan sedang aku dan mas wira, kiki pak wahyu dan novi berada dibagian lambat, ya karena aku yang memiliki fisik yang masih prima, aku harus membuang egoku dan membantu apapun masalah yang terjadi disini, namun berjalan lambat juga menyenangkan, aku jadi bisa menikmati setiap pemandangan yang tersaji didepan, menyanyikan beberapa lagu masa kecil kami, berfoto disepanjang perjalanan, melewati pos 2, duduk sebentar dan lanjut lagi kepos 1, bernyanyi lagi riang gembira, membawa barang-barang kami , hingga saat sudah hampir mencapai pos 1 , tiba-tiba novi yang harusnya mulai kelelahan, membantuku membawa beberapa barang, ya meskipun tak jauh, hanya beberapa ratus meter, namun bantuan sekecil itu sangat membantu dan berarti bagiku. Sesampai dipos 1, aku membelikan dia 1 potong buah semangka, wujud terima kasihku telah dibantu tadi, sepertinya mulai dari sini hubunganku dengan dia mulai mencair yang sebelumnya sangat kaku, entahlah tapi ini semua dari sudut pandangku.
Kami berisitirahat cukup lama dipos 1, hingga kelompok cewek berangkat duluan, sedangkan kelompok cowok tertinggal dibelakang, terus berjalan menyusuri jalan terpanjang diantara pos-pos lainnya, menurun,melandai,berbelok, naik turun lagi, hingga sampai ditempat yang kita namakan indomaret,sebuah warung kecil milik bapak-bapak saat pendakian pertama kita istirahat. Selang istirahat berapa lama kami melanjutkan perjalanan ke pos awal, melewati turunan awal yang kali ini terasa sangat ringan, sesampainya dipos pintu gerbang, anak anakpun berisitirahat, sedangkan aku dan tim cowok mengambil sepeda motor dan mengembalikan tiket lapor turun, karena aku lupa membawa sampah terpaksa aku harus naik turun keanak-anak mengambil sampah, setelah semua selesai aku kembali ke anak-anak, namun dalam perjalanan, didepan pos ada sebuah keramaian yang membuat aku bingung dan menepikan sepeda motorku, ternyata selidik punya selidik, ada korban saat pendakian, dimana pendaki terpleset dan mematahkan tulang ekornya, disituasi seperti inilah aku merinding, berfikir bagaimana jika itu terjadi padaku, sekaligus bersyukur tidak terjadi apa-apa dengan teamku.


Perjalanan pulang dimulai kembali , melewati jalan aspal indah yang membelah hutan ranupani, jujur ini saat-saat menyenangkan bagiku, mengendarai motor adalah hal yang menyenangkan,mengendarai motor melewati pegunungan ? Wah..jangan ditanya lagi kesenangan yang didapat. Sebenarnya aku masih capek, dan tangan kiri serta jari-jariku terasa sakit untuk terus mengemudi, akhirnya aku bilang ke novi, " nov sarung tanganmu ada, boleh aku pinjam ?"

mau bagaimana lagi, kondisi hutan yang dingin dan sangat berbahaya bagiku mengemudi dengan tangan yang dingin, bisa-bisa tanganku kram dan membahayakan kedua penumpang diatasnya, ya meskipun harus merelakan tangan novi kedinginan, tapi karena dia tidak keberatan ya aku berfikir ini langkah yang terbaik.

Dalam kesunyian hutan, motorku melewatinya dengan sesekali kunetralkan mesinku, membuatnya semakin mulus melewati turunan hutan ranupani, aku sangat suka momen-momen bersepeda seperti ini, sesekali aku gas motorku untuk mempercepat kecepatanku,melewati beberapa belokan, hutan jati, hutan bambu, melewati beberapa belokan, jembatan , sesekali mengerem memperlambat untuk melewati belokan tajam, keluar dari hutan dan sampai pada kecamatan senduro, melewati jalan yang ramai,melewati gerbang kota, kadang beberapa kali bercanda dengan novi dengan melepaskan kedua tanganku membuat dia terkejut..hahaha..hal klasik yang bisa dilakukan oleh cowok.. Tapi jangan salah paham, aku dan novi tidak ada hubungan apa-apa, kami hanya sebatas teman seperjalanan, dan tidak sedekat yang difikirkan, dan tidak ada niatan untuk melanjutkan semuanya, aku masih menikmati kesendirianku, menikmati membangun siapa diriku dengan tidak terganggu oleh keinginan-keinginan wanita dihidupku.

Perjalan terus berlanjut, kami berhenti disebuah masjid untuk baung air dan sholat, waktu kami pulang, waktu sudah menunjukkan hampir magrib, namun karena kami mengejar waktu, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari masjid itu, berpapasan dengan kakek pengurus masjid yang meminta kami untuk tinggal dan sholat magrib, aku sontak saja mencium tangannya dan meminta maaf karena kami sedang mengejar waktu, hal yang tidak biasa kulakukan, namun menurutku terlihat keren sih ..hahahaha..dasar..

Rombongan kami langsung bergerak ketengah kota lumajang untuk makan sore, membeli mie ayam dan minum es jeruk, aku seorang pecinta mie ayam, dan sejak aku berpisah dengan mantanku, aku jadi jarang membeli makanan ini, tapi khusus untuk yang dilumajang ini, mie ini terasa sangat enak, apalagi kuahnya, sangat lezat, didalam suasana makan yang meriah tiba-tiba ada pesan masuk bahwa segala peralatan yang disewa harus dikembalikan jam 8 malam maksimal atau kena denda setengah hari, waktu itu menunjukkan jam 18.17, akupun mengkalkulasikan semuanya dan setelah berfikir singkat, bagiku masih cukup ada waktu jika kita segera bergegas dan membayar semuanya sekarang juga.

Aku segera memacu motorku melintasi kota lumajang, namun tak disangka tak diduga, hujanpun datang membasahi kami, pertama aku berfikir terus saja, toh hujan bakalan berhenti, aku tanya novi diapun OK Ok saja dengan keputusanku, namun karena aku tidak tega dengan keadannya dibelakang, akhirnya aku memutuskan untuk memasangkan mantel kedia, sedangkan aku tidak, ya karena aku memang tidak membawa mantel. Saat hujan inilah kejadian seru dimulai, aku mulai memainkan beberapa keajaibanku, keajaiban yang sering kali ku mainkan bersama seseorang dulu, keajaiban itu bernama memprediksi keadaan, novi berkata padaku bahwasannya dia tidak suka pakek mantel karena ribet dan terlihat seperti penguin, akupun setuju dengannya dan berkata bahwa dia tidak perlu pakai mantel karena dipertigaan depan hujan akan berhenti, sebenarnya aku tidak yakin dengan ucapanku, namun tepat dipertigaan hujan itu berhenti.. Wagelaseeeeh..kerenkan aku ?, diapun juga terheran heran dengan keadaan ini, lalu dia bilang
 " oh iya ya, hujan berhenti, harusnya aku tidak pakek mantel ini" , akupun membalasnya " iya bener, tapi gapapa dah, karena didepan akan ada hujan lagi" 

dan benar saja, hujan yang jauh lebih deras terjadi didepan perjalanan kami, sangat deras.. Dia tambah terheran heran dengan semua ini, dia menanyakan "kok bisa tiba-tiba seperti ini?", kok bisa mas tahu akan apa yang akan terjadi " .

Dalam hatiku aku ingin sekali berkata, karena aku seorang dewa, aku seorang goblin,hahaha... Tapi aku Cuma bilang.. Oh kan semuanya bisa diprediksi, aku mengajari dia trik simplenya, " nov, jika didepan kita banyak yg pakai mantel, terus kaca mobil dibersihkan berarti didepan hujan deras" kalo tidak maka sebaliknya..

tepat di lampu merah pertigaan luamajang kita mulai menghitung berapa yang memakai mantel, dan teryata banyak yang memakai mantel, diapun berkata " wah mas berarti didepan hujan deras tuh !" akupun berkata " bisa jadi hujan deras, tapi aku gak yakin", dia tertawa terbahak-bahak dengan pernyataanku, semua teman-teman ngeliatin dan bingung kenapa anak ini tertawa ditengah-tengah hujan yang deres.. Hahaha...

Akupun menarik gasku lagi dengan cepat, hujan masih deras, hingga akhrinya pelan pelan hujan berhenti dan sesuai prediksiku bahwa jalanan kering ada didepan, dan dia makin terheran dengan semuanya, disepanjang jalan aku melaju dengan sangat kencang karena memang jalannya kosong, setiba ditanggul aku merasa capek dan memelankan motorku, aku berkata "santai saja ya, aku udah janji kenenekku gak mau ngebut-ngebutan", dan begitulah perjalanan kami sampai di tempat penyewaan,memacu motorku dengan perlahan dan santai, akhirnya kami sampai dipenyewaan tepat waktu jam 8.02, kami mulai bercerita bagaimana perjalanan kami disana dan yang lain -lain..benar-benar perjalanan yang menyenangkan dan begitulah perjalanan kami berakhir, dari tempat penyewaan kami berpisah , menuju dunia dan kehidupan masing-masing kembali.

Perjalanan kami kali ini memang tidak mudah, membuat putus asa, patah arang bahkan dengan segala rencana matang yang kami siapkan, namun aku jadi teringat seseorang berkata kepadaku..

Jalan yang sulit selalu menjanjikan pemandangan yang menarik dan indah dibelakangnya, dan juga bukankah inti dari petualangan adalah kejutan-kejutan yang kita alami dijalan, dan bagaimana kita dapat melewatinya ,jika semua dapat diprediksi diawal, aku rasa itu bukanlah petualangan.

-Ranukumbolo 25-27 Desember 2018



Posting Komentar

0 Komentar