" Gunung memang tidak membuat masalah dalam hidup kita menghilang, tapi digunung dapat membuat masalah dalam hidup kita seakan tidak berarti"
Ini liburan yang
telah lama aku tunggu, liburan yang membuatku terus membayangkan seberapa hebat
perjalanannya, seberapa hebat cerita yang akan tercipta, dan coba tebak
jawabannya .... Benar benar hebat
Kami memulai untuk
merencanakan perjalanan ini sejak jauh jauh hari, semua telah dipersiapkan,
tiketpun sudah terbayar, gruppun telah terbentuk, dan anggotapun telah siap
untuk melangkah...
Hingga
diminggu-minggu terakhir , perjalanan ini terancam batal,kenapa ?..
Seminggu sebelum
perjalanan ini dimulai, aku menerima pesan bahwa ada project yang harus segera
dikerjakan , yaitu untuk membuat pengecoran al/znO, dan itu harus dikumpulkan
laporannya hingga maksimal tanggal 26 desember, sedangkan aku berangkat tanggal
25 desember.. Akupun bekerja siang malam memastikan semua project ini tepat
waktu untuk dikumpulkan,namun karena team kami belum pernah melakukan
eksperimen, akhrinya banyak kesalahan yang terjadi, tak terhitung berapa
eksperimen yang gagal, dimarahi dosen karena membuang-buang bahanpun sudah
menjadi hal yang biasa bagi kami.
Waktu terus berlalu,
hari berganti hari terus berlalu, aku mulai putus asa, dan tidak ada cara lain
selain kabur dari project ini dan tetap melanjutkan perjalananku,namun hati
nuraniku tidak bisa melakukannya, aku harus bertanggung jawab terhadap teamku,
namun juga aku harus liburan, jika tidak, terpaksa aku harus mengganti rugi
semua biaya perjalanan kelompokku dan membunuh ekspektasi akan keseruan
liburanku.
Tiba dihari senin,
keputusanku telah bulat, aku berangkat, namun juga tidak meninggalkan tanggung
jawabku. Meskipun eksperimen masih banyak yang gagal, namun laporan kemajuan
telah aku siapkan dengan berbagai macam kemungkinan untuk berjaga-jaga.
Sore harinya aku di
WA untuk hal yang mendadak dari anggota kami, 2 orang memutuskan untuk tidak
ikut, kamipun sempat bergaduh digrup WA, memang bukanlah hal yang mudah saat
semua sudah tertata rapi, tiba-tiba ada yang membatalkan rencana, akhirnya kami
memutuskan untuk bertemu di angkringan jawa untuk memutuskan tentang semua hal
ini, benar saja, fauzul dan pacarnya memutuskan untuk tidak ikut, dikarenakan
faktor cuaca dijember beberapa hari ini yang turun hujan selalu saat pagi,
siang, malam, kamipun tidak bisa berbuat apa-apa, itu sudah keputusan mereka,
selebihnya kami mempersiapkan keperluan untuk keberangkatan kami besok. Malam
harinya kami mempersiapkan semuanya, mulai dari peralatan muncak dan lain-lain,
setelah semuanya beres akupun pergi tertidur.
Pagi hari,kami
harusnya berangkat jam 5 pagi,namun karena apa daya, cuaca diluar masih hujan akhirnya kita baru
berangkat jam 8.12 , sebenarnya aku juga tertidur sih, jadinya ya alhamdulillah
hujan..hahaha.. Jam 8.12 kita berangkat, menuju kota lumajang, diperjalanan
kami berhenti sebentar di warung makan pada ujung kali bondoyudo, menikmati
nasi pecel dengan lauk telur ceplok. Perjalanan kami lanjutkkan hingga
kesenduro dan melewati lebatnya hutan di ranupani. Jalan yang benar-benar asik
menurutku, aspal yang mulus namun harus dikejutkan dengan datangnya hujan, yang
membuat perjalan yang dingin tambah dingin lagi.
Sesampainya
ditempat, kami langsung memarkir sepeda dan berteduh disebuah toko karena
lebatnya hujan, aku turun kebawah untuk
mengurus masalah perijinan yang ternyata sangat ribet ,ketat dan aku berapa
kali kenak semprot oleh petugas yang marah-marah, belum lagi aku memaksakan
memakai surat sehat sehat hasil scanan dan editan, hahaha..
Didalam hujan yang
tak kunjung berenti, kami berpindah tempat ke klinik untuk pemeriksaan
kesehatan, untung disini mas perawat yang jaga sangat-sangat baik dan perhatian
kepada kami, ya meskipun harus bayar mahal sih untuk masalah surat kesehatan,
yang biasanya Cuma 5000 disini malah 25.000, ya tapi gimana lagi, masak mau gak
naik..
Setelah mengurus
semuanya, akhirnya kami menuju tempat briefing dan di breafing tentang
bagaimana cara untuk naik ke atas ranukumbolo dan lain-lain, karena diluar
masih hujan, akhirnya kami memutuskan untuk menginap dulu sementara diranupani.
Kondisi sangat dingin waktu itu dan kami menggelar matras kami didepan kantor
yang tak dihuni, cuaca makin malam makin dingin, dan aku tak yakin akan
bertahan semalaman dengan kondisi sedingin ini, hingga tak lama fariz datang
dengan membawa berita bagus, bahwa dia menemukan penginapan khusus pendaki, dan
alhamdulilllah akhirnya kita bisa tidur dengan nyaman disana, dengan tempat
yang lebih hangat dari pada dipinggir jalan ditusuk dinginnya malam.
Berikutnya, tak lama
kemudian aku terbangun, aku harap ini sudah pagi hari dan kita siap untuk
berangkat, aku cek jam dihandphone ternyata masih jam 23.00, ternyata aku masih tidur selama 1 jam,dan
tidak bisa tidur lagi karena rasa dingin yang menyelubungi kakiku. Berikutnya
aku dengar suara dari sekitarku, aku pikir hanya aku saja, tapi ternyata
semuanya juga tidak bisa tidur, akhrinya kami malah menghabiskan waktu dengan
bergosip ria dan saling membuly sepanjang malam sampai jam 2, hahaha.. Sangat
menyenangkan.
Pagi harinya , kami
merapikan semuanya, siap-siap untuk berangkat mendaki, beberapa anak pergi
ketoilet, beberapa ada yang menunggu dibawah, beberapa menyiapkan sarapan
energen untuk pagi ini. Sekitar jam 8 pagi kami berangkat mendaki dengan
semangat riang, beberapa ada yang bernyanyi seakan akan mau pergi berpiknik
saja.
Akhirnya sampai
dipintu gerbang pendakian, Setelah berfoto-foto didepan pintu gerbang, kami
melanjutkan perjalanan ke tanjakan pertama, tanjakan yang menguji stamina kita
untuk pertama kalinya, mulai keliatan wajah-wajah lesu dan tampak menyerah dari
mereka, beberapa langkah kita mendaki, berhenti, beberapa langkah lagi dan kita
berhenti. Kadang aku melihat kebawah, kepintu gerbang tadi, tak kusangka,kita
masih berjalan beberapa puluh meter, kadang aku berfikir , apakah treknya akan
seperti ini terus ? , akhirnya kita beristirahat ditempat yang anak-anak
namakan indomaret, beberapa membeli gorengan dan lain-lain, mulai dari sini
harga gorengan menjadi 2.500 per item,memang sangat mahal jika dibandingkan
gorengan dikota jember. Setelah istirahat beberapa lama dan mencari beberapa
tongkat untuk para wanita, kita melanjutkan perjalanan ke pos pertama, jalanan
cukup landai, namun kita tetap saja berhenti beberapa kali saat ada yang merasa
capek, kita terus berjalan menanjak, entah 3-4 km berikutnya kita mencapai pos
1, disana ada banyak orang berjualan gorengan dan buah-buahan, meskipun
gorengan yang ibu-ibu itu jual sudah dingin,tapi rasanya, bukan main enaknya,
terlebih petisnya yang bikin nagih-nagih dan nagih lagi..
Setelah beristirahat
cukup lama, kami melanjutkan perjalanan ke pos 2, sambil menyanyikan lagu kami
menikmati perjalanan yang begitu landai dipos 2, sambil membuli dua orang
pasangan dadakan didepan kami, mas wira dan milia, hahaha.. Menyenangkan sekali
waktu itu, kami banyak bercanda diperjalanan ini ,sesekali berhenti untuk
beristirahat dan lagi-lagi kami membicarakan hal yang konyol dan tidak
berfaedah sambil sesekali membully lagi mas wira dan lain-lain, kadang juga aku
yang dibully hahaha..
Tak lama kemudian
kami sampai pada pos 2, sepertinya antara pos 1 dan pos 2 meupakan rute yang
paling pendek diantara pos yang lain-lain, kami beristirahat selama beberapa
saat disini, lagi-lagi untuk membully dan saling membully, kali ini kita tidak
berbelanja dan makan apapun disini. Kabut mulai datang dan awan tebal mulai
datang, kamipun melanjutkan perjalanan.
Perjalanan dari pos
2 ke 3, merupakan perjalanan yang paling berat menurutku, kami memecah team
menjadi 2, aku yang menajaga team nomer 1 didepan yang diisi oleh para wanita
agar mempercepat langkah, rute yang naik turun , tidak selandai perjalanan tadi
sangat menguras tenaga kami, hingga pada titik tertentu,hujan mulai turun. Aku
pikir tidak apa untuk berhujan hujanan, toh mungkin sedikit lagi sudah pos 3,
namun tak disangka tak diduga, hujannya berubah menjadi sangat lebat, kami
segera memasang mantel plastik robek kami yang seakan-akan tidak berguna itu,
berusaha melewati derasnya hujan, kedinginan, dengan sepatu basah dan
celanayang juga mulai basah, air
mengalir melalu jalan setapak membuat langkah kami semakin rawan untuk
tergelincir. Dalam hujan yang makin deras dan tidak berhenti aku memperkuat
langkahku, tapi yang lebih penting adalah semangatku, melihat beberapa team
mulai kedinginan dan tak mampu berjalan, sesekali berhenti untuk istirahat
membuatku berpikir apakah masih jauh, sampai kapan akan begini, beberapa
pendaki yang turun mengatakan bahwa pos 3 sudah tidak jauh dan sedikit lagi
sampai, hal yang seperti itu yang membangkitkan harapan kami, namun pos yang
dijanjikan tak pernah muncul , kami menyeberangi jembatan merah, terbuat dari
kayu,dan sangat kokoh, berjalan kembali melewati jalan dengan kanan tebing
sedangkan sebeleh kiri kami adalah jurang, yang sedikit saja hilang konsentrasi
bisa saja kami menjadi korban berikutnya, kami terus berjalan melewati beberapa
belokan hingga kami menemukan jembatan merah yang kedua, berjalan dan
beristirahat sudah menjadi pola kami, terus berjalan menanjak, berbelok,
melewati kabut, masih dalam keadaan hujan dan kedinginan, hingga pada suatu
saat, dibalik kabut, kami mulai mendengar keramaian dan mulai tampak payung dan
terpal warna warni menandakan kami sampai di pos 3, sesampai disana aku
langsung duduk dibangku yang tersedia, semuanyapun begitu, melawan kedinginan,
kami masuk kedalam terpal terpal mencari tempat yang lebih hangat, memakan
beberapa gorengan untuk mengganti tenaga kami yang telah hilang, duduk menunggu
hujan yang tak kunjung berhenti.
Hujan yang begitu
lama telah turun tidak berhenti dan tidak ada tanda tanda akan berhenti, kami
kedinginan, menggigil, capek, beberapa bertahan dengan bajunya yang basah,
dengan keadaan menggigil, pos 3 begitu ramai dengan pendaki, merekapun juga
kehujanan dan mencari sumber api disekitar sana, namun hujan begitu deras,
hingga hangatnya apipun sepertinya tidak terlalu berasa, akupun terlalu capek
untuk bergerak, terlalu dingin juga, aku ingin memejamkan mata dan tidur, namun
fariz dengan keadaan menggigil berkata padaku,
" mas, jangan
tidur, atau kamu akan terkena hipotermia, bahaya mas"
Namun aku tidak bisa
menahannya, aku ingin tidur. Dalam keadaan putus asa dipos 3, kami mengalami
kebingungan, antara turun kebawah, gagal keranukumbolo dengan kondisi kelelahan
kami, atau tetap memaksakan naik melewati tanjakan yang cukup curam, dengan kondisi
badan yang menggigil dan hujan yang turun lebat. Namun kami juga sadar, untuk
sampai keranu pani,kebawah, kita harus berjalan 8 km, atau kita bisa memilih
diam ditempat, dipos 3, kedinginan, menunggu hipotermia akan membunuh kami.
Akhirnya semua sepakat untuk terus melanjutkan perjalanan, walau aku sadar
masih hujan dan kelelahan, seakan perjalanan ini mustahil.
Kami berangkat
melewati tantangan pertama berupa tanjakan yang lumayan tinggi, pelan-pelan
kami melangkahan kaki, takut salah langkah dan tergelincir, saling bantu
membantu apa bila ada yang kesusahan, bagiku yang memang memakai sepatu tentu
tidak mengalami kesulitan dalam mencengkram, namun beberapa memakai sandal yang
tentunya akan menyulitkan pendakian. Setelah melewati tanjakan, jalan mulai
landai dan kami melanjutkan perjalanan, sesekali berhenti untuk istirahat,
melanjutkan perjalanan lagi, terus berjalan selama 1 jam hingga pada suatu
ketika, dari kejauhan tampak beberapa warna warni, hal yang aneh digunung yang
berwarna coklat dan hijau, kami melangkahkan kaki lebih jauh lagi dan betapa
kagetnya kami melihat sebuah danau terbentang indah besar didepan kami, sebuah
pemandangan yang sangat indah dan mempesona yang membuat kami melupakan sejenak
rasa capek kami, sebuah pemandangan yang membayar kerja keras dan rasa capek
kami. Aku masih mengingat tawa lepas dan ekpresi anak-anak saat melihat ranukumbolo
untuk pertama kali, tawa kegirangan dan rasa kagum menjadi satu. Hal aneh
berikutnya yang terjadi adalah kami malah mempercepat langkah kami, capek mulai
tidak terasa, perjalanan yang sulit seakan tidak ada apa-apanya dan setelah
kami sampai dibawah kebawah,didepan air danau kumbolo,kami mengambil air, dan
mencuci wajah, air danau menyegarkan wajahku, kami berjalan melewati pinggiran
danau hingga sampai ditempat camping.
Tanpa mengambil
kesempatan untuk istirahat, kami segera mendirikan tenda, karena kami tahu
bentar lagi malam dan kami harus segera istirahat. 3 tenda telah berhasil
berdiri, tenda terakhir adalah yang tersulit, perlu berkali kali bongkar pasang
untuk membuatnya dapat berdiri, sementara yang cewek, masak untuk makan malam
kami. Matahari telah terbenam dan suasana mulai gelap, senter senter mulai
dipersiapkan dan masakan juga telah selesai di masak, kami memakan sop petang
itu, dan sumpah..ini adalah sop yang terenak yang pernah aku makan diatas
gunung, karena tentu saja ini adalah yang aneh bisa makan sop digunung,
biasanya kalo kegunung ya kita lagi-lagi makan mie dan makan mie pagi siang
malam, tapi kali ini terasa berbeda karena ada sop dan nasi..wah begitu
mewahnya makan malam kami.
Malam waktu itu
begitu dingin, setelah makan aku dan mas wira memutuskan untuk tidur sejenak,
sementara yang lain pergi ke api unggun untuk menghangatkan badan, tak lama
kemudian aku dibangunkan oleh ableh dan faris, untuk mengobrol hal yang
unfaedah, dan bercanda mesalah remeh temeh terutama masalah percewek.an,mas
wira dan beberapa wanitanya..hahaha.. Sungguh obrolan tidak penting namun
sangat menyenangkan,hangat dan bukankah seharusnya seperti itu obrolan dalam
pertemanan ?,
Tak lama kemudian
aku tertidur kembali. Kali ini aku terbangun karena kakiku terlalu dingin dan
didepanku duduk segerombolan gadis gadis entah membicarakan tentang apa, dan
pada akhirnya aku harus terusir dan mengalah karena mereka memutuskan untuk
tidur ditendaku yang hangat , hangat karena telah aku pakai untuk tidur
sih,sedangkan tenda mereka basah karena sleeping bag mereka yang
kehujanan,bagiku sudah sewajarnya kami memprioritaskan mereka, lebih baik kami
yang kedinginan dan mereka merasa nyaman, tanpa mereka, perjalanan ini akan
terasa berbeda, setelah itu aku pindah ke tenda sebelah dan tidur bersama pak
wahyu.
Sebelum aku tidur,
aku masih menyempatkan untuk memulai obrolan lagi ditengah malam, lagi-lagi
obrolan ringan dan tidak penting namun menghangatkan, kamipun tertawa puas
ditengah malam itu hingga rasa kantukpun datang dan menyuruhku untuk tertidur.
Malam yang sangat dingin, aku tertidur namun tetap saja rasa dingin membuatku
terus menerus terbangun hingga jam 4 pagi, aku memutuskan untuk melihat keluar
tenda, menantikan datangnya sunrise yang dijanjikan, namun karena datangnya
kabut, sunrise masih belum muncul, akupun meringkuk kembali kedalam tendaku.
Jam 4.30 aku memeriksa kembali keluar tenda, anak anak mulai terbangun,namun
sunrise masih tertutup kabut, jam 5 aku mengecek lagi keadaan dan masih sama,
hingga jam 5.30 aku memtuskan untuk keluar saja dari tenda dan beraktivitas
pagi, membuat kopi dan menikmati pagi.
Dipagi hari yang
dingin sudah merupakan jadwalku untuk mengosongkan muatan, aku pergi ke toilet
umum, dan betapa kagetnya aku saat air disini tak sedingin yang dibayangkan,
malah terkesan hangat, hingga aku sadar, bukan air yang hangat, tapi kakiku
yang terlalu dingin hingga dinginnya air pun tak terasa bagiku. Setelah
siap-siap ditoilet akupun berada kondisi yang segar.
Melihat persedian
air yang mulai menipis, aku dan faris mengambil air didanau, meskipun masih
bercampur dengan sedikit partikel kotoran, air ini masih dapat diminium
langsung, beberapa anak lainnya mencuci dan memasak makanan untuk sarapan, pagi
ini kami makan nasi dan mie ditambah sosis, dan makanan sederhana yang biasanya
aku enggan untuk memakannya, ditempat ini terasa sangat nikmat, entah bagaimana
bisa seperti itu.
Setelah makan kami
berfoto-foto, beberapa berjalan kedanau, tapi aku dan mas wira ingin menunaikan
tekad kami, untuk berjalan ditanjakan cinta , bukan untuk mempercai mitos atau
apalah itu, tapi ya sekedar membuktikan pada diri sendiri bahwa jangankan tanjakan
cinta, gunungpun akan ku lalui jika itu untuk memperjuangkan cinta seseorang..
Kami mulai mendaki,bukan tanjakan yang mudah, perlu power yang besar, perlu
semangat yang tinggi dan tekad yang kuat, ditengah perjalanan kakiku sudah
mulai melemah, aku sendiri mulai kehausan, namun tekadku masih tidak juga
padam, pelaan tapi pasti aku mulai menuju puncak, dan saat mencapai puncak, aku
mulai berteriak ke mas wira,
"ayo mas, pemandangannya diatas sini
bagus banget,"
akupun tak
menyangka,masih ada saja kejutan lain diranukumbolo, sebuah hamparan padang
rumput yang luas, oro-oro ombo.. Dengan pemandangan gunung semeru dibaliknya,
kereeen.. Kami duduk sebentar menikmati anugerah Tuhan ini , berkenalan dengan
beberapa pendaki dan berfoto-foto diatas.
Setelah turun dari
tanjakan cinta, kami mulai mempacking ulang carier kami, siap untuk pulang,
setelah berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan, melewati trek yang sama
seperti saat kami naik, kali ini dengan hati yang gembira namun juga tidak tega
untuk meninggalkan keindahan alam ini, kami berjalan melewati padang rumput,
naik turun, berulang kali istirahat hingga mencapai pos 3 dan berisitirahat
sebentar mengingat kembali, bahwa kemarin kami bisa saja putus asa dan mati
dipos ini.
Rombongan mulai
terpecah menjadi dua dipos 3 ini, beberapa pejalan cepat ada didepan sedang aku
dan mas wira, kiki pak wahyu dan novi berada dibagian lambat, ya karena aku
yang memiliki fisik yang masih prima, aku harus membuang egoku dan membantu
apapun masalah yang terjadi disini, namun berjalan lambat juga menyenangkan,
aku jadi bisa menikmati setiap pemandangan yang tersaji didepan, menyanyikan
beberapa lagu masa kecil kami, berfoto disepanjang perjalanan, melewati pos 2,
duduk sebentar dan lanjut lagi kepos 1, bernyanyi lagi riang gembira, membawa
barang-barang kami , hingga saat sudah hampir mencapai pos 1 , tiba-tiba novi
yang harusnya mulai kelelahan, membantuku membawa beberapa barang, ya meskipun
tak jauh, hanya beberapa ratus meter, namun bantuan sekecil itu sangat membantu
dan berarti bagiku. Sesampai dipos 1, aku membelikan dia 1 potong buah
semangka, wujud terima kasihku telah dibantu tadi, sepertinya mulai dari sini
hubunganku dengan dia mulai mencair yang sebelumnya sangat kaku, entahlah tapi
ini semua dari sudut pandangku.
Kami berisitirahat
cukup lama dipos 1, hingga kelompok cewek berangkat duluan, sedangkan kelompok
cowok tertinggal dibelakang, terus berjalan menyusuri jalan terpanjang diantara
pos-pos lainnya, menurun,melandai,berbelok, naik turun lagi, hingga sampai ditempat
yang kita namakan indomaret,sebuah warung kecil milik bapak-bapak saat
pendakian pertama kita istirahat. Selang istirahat berapa lama kami melanjutkan
perjalanan ke pos awal, melewati turunan awal yang kali ini terasa sangat
ringan, sesampainya dipos pintu gerbang, anak anakpun berisitirahat, sedangkan
aku dan tim cowok mengambil sepeda motor dan mengembalikan tiket lapor turun,
karena aku lupa membawa sampah terpaksa aku harus naik turun keanak-anak
mengambil sampah, setelah semua selesai aku kembali ke anak-anak, namun dalam
perjalanan, didepan pos ada sebuah keramaian yang membuat aku bingung dan
menepikan sepeda motorku, ternyata selidik punya selidik, ada korban saat
pendakian, dimana pendaki terpleset dan mematahkan tulang ekornya, disituasi
seperti inilah aku merinding, berfikir bagaimana jika itu terjadi padaku,
sekaligus bersyukur tidak terjadi apa-apa dengan teamku.
Perjalanan pulang
dimulai kembali , melewati jalan aspal indah yang membelah hutan ranupani,
jujur ini saat-saat menyenangkan bagiku, mengendarai motor adalah hal yang
menyenangkan,mengendarai motor melewati pegunungan ? Wah..jangan ditanya lagi
kesenangan yang didapat. Sebenarnya aku masih capek, dan tangan kiri serta
jari-jariku terasa sakit untuk terus mengemudi, akhirnya aku bilang ke novi,
" nov sarung tanganmu ada, boleh aku pinjam ?"
mau bagaimana lagi,
kondisi hutan yang dingin dan sangat berbahaya bagiku mengemudi dengan tangan
yang dingin, bisa-bisa tanganku kram dan membahayakan kedua penumpang
diatasnya, ya meskipun harus merelakan tangan novi kedinginan, tapi karena dia
tidak keberatan ya aku berfikir ini langkah yang terbaik.
Dalam kesunyian
hutan, motorku melewatinya dengan sesekali kunetralkan mesinku, membuatnya
semakin mulus melewati turunan hutan ranupani, aku sangat suka momen-momen
bersepeda seperti ini, sesekali aku gas motorku untuk mempercepat
kecepatanku,melewati beberapa belokan, hutan jati, hutan bambu, melewati
beberapa belokan, jembatan , sesekali mengerem memperlambat untuk melewati
belokan tajam, keluar dari hutan dan sampai pada kecamatan senduro, melewati
jalan yang ramai,melewati gerbang kota, kadang beberapa kali bercanda dengan
novi dengan melepaskan kedua tanganku membuat dia terkejut..hahaha..hal klasik
yang bisa dilakukan oleh cowok.. Tapi jangan salah paham, aku dan novi tidak
ada hubungan apa-apa, kami hanya sebatas teman seperjalanan, dan tidak sedekat
yang difikirkan, dan tidak ada niatan untuk melanjutkan semuanya, aku masih
menikmati kesendirianku, menikmati membangun siapa diriku dengan tidak
terganggu oleh keinginan-keinginan wanita dihidupku.
Perjalan terus
berlanjut, kami berhenti disebuah masjid untuk baung air dan sholat, waktu kami
pulang, waktu sudah menunjukkan hampir magrib, namun karena kami mengejar
waktu, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari masjid itu, berpapasan dengan
kakek pengurus masjid yang meminta kami untuk tinggal dan sholat magrib, aku
sontak saja mencium tangannya dan meminta maaf karena kami sedang mengejar
waktu, hal yang tidak biasa kulakukan, namun menurutku terlihat keren sih
..hahahaha..dasar..
Rombongan kami
langsung bergerak ketengah kota lumajang untuk makan sore, membeli mie ayam dan
minum es jeruk, aku seorang pecinta mie ayam, dan sejak aku berpisah dengan
mantanku, aku jadi jarang membeli makanan ini, tapi khusus untuk yang
dilumajang ini, mie ini terasa sangat enak, apalagi kuahnya, sangat lezat,
didalam suasana makan yang meriah tiba-tiba ada pesan masuk bahwa segala
peralatan yang disewa harus dikembalikan jam 8 malam maksimal atau kena denda
setengah hari, waktu itu menunjukkan jam 18.17, akupun mengkalkulasikan
semuanya dan setelah berfikir singkat, bagiku masih cukup ada waktu jika kita
segera bergegas dan membayar semuanya sekarang juga.
Aku segera memacu
motorku melintasi kota lumajang, namun tak disangka tak diduga, hujanpun datang
membasahi kami, pertama aku berfikir terus saja, toh hujan bakalan berhenti,
aku tanya novi diapun OK Ok saja dengan keputusanku, namun karena aku tidak tega
dengan keadannya dibelakang, akhirnya aku memutuskan untuk memasangkan mantel
kedia, sedangkan aku tidak, ya karena aku memang tidak membawa mantel. Saat
hujan inilah kejadian seru dimulai, aku mulai memainkan beberapa keajaibanku,
keajaiban yang sering kali ku mainkan bersama seseorang dulu, keajaiban itu
bernama memprediksi keadaan, novi berkata padaku bahwasannya dia tidak suka
pakek mantel karena ribet dan terlihat seperti penguin, akupun setuju dengannya
dan berkata bahwa dia tidak perlu pakai mantel karena dipertigaan depan hujan
akan berhenti, sebenarnya aku tidak yakin dengan ucapanku, namun tepat
dipertigaan hujan itu berhenti.. Wagelaseeeeh..kerenkan aku ?, diapun juga
terheran heran dengan keadaan ini, lalu dia bilang
" oh iya ya, hujan berhenti, harusnya aku
tidak pakek mantel ini" , akupun membalasnya " iya bener, tapi gapapa
dah, karena didepan akan ada hujan lagi"
dan benar saja,
hujan yang jauh lebih deras terjadi didepan perjalanan kami, sangat deras.. Dia
tambah terheran heran dengan semua ini, dia menanyakan "kok bisa tiba-tiba
seperti ini?", kok bisa mas tahu akan apa yang akan terjadi " .
Dalam hatiku aku
ingin sekali berkata, karena aku seorang dewa, aku seorang goblin,hahaha...
Tapi aku Cuma bilang.. Oh kan semuanya bisa diprediksi, aku mengajari dia trik
simplenya, " nov, jika didepan kita banyak yg pakai mantel, terus kaca
mobil dibersihkan berarti didepan hujan deras" kalo tidak maka
sebaliknya..
tepat di lampu merah
pertigaan luamajang kita mulai menghitung berapa yang memakai mantel, dan
teryata banyak yang memakai mantel, diapun berkata " wah mas berarti
didepan hujan deras tuh !" akupun berkata " bisa jadi hujan deras,
tapi aku gak yakin", dia tertawa terbahak-bahak dengan pernyataanku, semua
teman-teman ngeliatin dan bingung kenapa anak ini tertawa ditengah-tengah hujan
yang deres.. Hahaha...
Akupun menarik gasku
lagi dengan cepat, hujan masih deras, hingga akhrinya pelan pelan hujan
berhenti dan sesuai prediksiku bahwa jalanan kering ada didepan, dan dia makin
terheran dengan semuanya, disepanjang jalan aku melaju dengan sangat kencang
karena memang jalannya kosong, setiba ditanggul aku merasa capek dan memelankan
motorku, aku berkata "santai saja ya, aku udah janji kenenekku gak mau
ngebut-ngebutan", dan begitulah perjalanan kami sampai di tempat
penyewaan,memacu motorku dengan perlahan dan santai, akhirnya kami sampai
dipenyewaan tepat waktu jam 8.02, kami mulai bercerita bagaimana perjalanan
kami disana dan yang lain -lain..benar-benar perjalanan yang menyenangkan dan
begitulah perjalanan kami berakhir, dari tempat penyewaan kami berpisah ,
menuju dunia dan kehidupan masing-masing kembali.
Perjalanan kami kali
ini memang tidak mudah, membuat putus asa, patah arang bahkan dengan segala
rencana matang yang kami siapkan, namun aku jadi teringat seseorang berkata
kepadaku..
Jalan yang sulit
selalu menjanjikan pemandangan yang menarik dan indah dibelakangnya, dan juga
bukankah inti dari petualangan adalah kejutan-kejutan yang kita alami dijalan,
dan bagaimana kita dapat melewatinya ,jika semua dapat diprediksi diawal, aku
rasa itu bukanlah petualangan.
0 Komentar