Perlu digaris bawahi
segala macam opini disini adalah opini pribadi diumurku yang ke 22, mungkin
akan masih banyak kesalahan dan kebodohan, tapi suatu saat tulisan ini akan
menjadi refleski bagiku.
Jadi mari kita mulai
dengan apa yang aku pikirkan hari ini dipertengahan maret ditahun 2019. aku
masih sedikit bingung dengan kehidupan, mungkin seseorang bisa membantu.
Pagi ini aku
mengecek sebuah mobil hyundai atoz, karena aku dan keluargaku sedang mencari
dan ingin membelinya. Saat aku mengecek
mobil ini , kondisinya berantakan dan banyak minus, belum lagi pajaknya juga
mati. Yang mengherankan disini adalah aku bertemu dengan pria umur pertengahan
30 an dan aku rasa, bekerja sebagai seorang pegawai diperpajakan. Aku sedang
tidak mencoba untuk menghakimi kondisi manusia, atau kondisi mas mas ini.
Bagaimanapun aku tidak bisa menilai kondisi dia dan mungkin saja dia
menyembunyikan begitu banyak prestasi dibelakang figur yang keliatannya.
Begitu banyak orang
menyarankan untuk sekolah yang rajin, jika bisa menjadi pegawai yang rajin,
jika bisa bekerja pada pemerintah agar hidupmu lebih terjamin, semacam jalan
sukses yang untuk sekarang ini banyak dipercaya dan dipuja banyak orang.
Opiniku berkata ada sesuatu yang hilang disini, sesuatu yang sangat penting
hingga banyak orang melupakan arti kesuksesan itu sendiri. Aku tidak bisa
mendifinisikan arti kesuksesan karena tentu aku belum pernah merasakannya. Tapi jika ditanya aku ingin kehidupan seperti
apa, maka jawabanku sangat sederhana, suatu saat dimasa depan aku tidak mau
keluargaku merasakan kekurangan, baik itu kekurangan uang, waktu maupun kaish
sayang, dan dapat membantu banyak orang meraih kebahagiaan yang sama. Aku ingin
memiliki waktu yang banyak dengan istriku, ikut berperan seimbang dalam
membesarkan anak-anak, memiliki hari yang cerah untuk membantu anak-anakku
tumbuh tanpa kehilangan kasih sayang dari seorang ayah maupun mamanya. Mengunjungi
orang tuaku secara berkala atau hidup bersama pada akhirnya. Keinginanku adalah
hidup sederhana-sederhana saja,tidak berfokus pada gengsi dan senantiasa rendah
hati. Bukan keluarga yang mementingkan jabatan atau apa kata orang tapi
keluarga yang dermawan yang tujuannya adalah untuk lebih berarti bagi banyak
orang.
Jadi mari kita masuk
ketopik kita tentang batasan manusia. Kali ini kita mencoba untuk memasukkan
model imajinerku tentang mas mas tadi, hanya imajinasiku saja tentang dia,
bukan berarti tentang keadaan dia sesungguhnya, agar tidak salah sangka saja.
Ada banyak batasan
manusia, mulai dari batasan waktu, batasan finansial, batasan tenaga atau
batasan usia , namun yang paling susah adalah batasan ego manusia atau batasan
di pikirannya. Sama seperti yang aku alami dan berbagai manusia alami juga.
Batasan inilah yang sangat memuakkan mengunci manusia dalam perangkat penjara
ego yang seakan akan berbagai kemampuan dan keahlian manusia dapat dinetralkan
bahkan dikuras habis ketitik nol , dititik terendah manusia.
Mari kita masukkan
model imajiner kita, mas-mas dengan pekerjaan yang cukup bagus dan menjadi
impian banyak orang, mengapa masih saja dalam keterbatasan dan hidup dalam
kondisi yang biasa saja ,ada berbagai faktor yang bisa kita kaji, namun marilah
kita lihat dari titik yang sama yaitu ego, kita bedah dari dua jalur yaitu
Jalur pendapapatan.
Dan jalur pengeluaran.
Perlu aku ingatkan
kembali ini hanyalah contoh imajiner dan bukan alasan untuk menjudge seseorang.
Menjadi karyawan sepertinya telah menjadi impian banyak orang-orang apalagi
kaum lulusan-lulusan pendidikan. Namun saat realita hidup menyerang, kita yang dielu-elukan
disekolah bahwa suatu saat dengan menjadi seorang karyawan kita akan
mendapatkan kehidupan yang sempurna, kesuksesan yang sempurna seperti tidak
terkalahkan oleh apapun akan menjadi sesuatu yang semu. Bagaimanpun kita akan
dipaksa bekerja keras oleh berbagai tekanan dan ketakutan, bukan didorong oleh
kekuatan dari dalam untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuan kita , sesuatu
yang menggerakkan kita, kita hanya dipaksa untuk menerima sesuatu yang disebut
upah minimum yang memang merupakan kajian dari berbagai ahli untuk orang-orang
bisa hidup dengan kemewahan yang miminum.
Jadi bagaimana cara
untuk kabur dari masalah ini ? Tentu semua orang sudah mempunyai cukup jawaban
dan alasan bagaimana cara kabur dari kondisi ini, yaitu dengan mendaki tangga
perusahaan yang lebih tinggi lagi, memaksa mereka lebih bekerja keras dan menukarkan
waktu mereka lebih lama lagi disetiap harinya. Atau ada beberapa orang yang
alih alih memanjat tangga, mereka malah membuat tangga mereka sendiri,
seseorang ini aku sebut sebagai entrepreneur.
Mungkin saja mereka
tetap bekerja seperti biasa ditempat mereka selama 8 jam sehari, namun mereka
tau suatu saat pasti mereka akan berhenti atau dipecat dan diganti, mendaki
perusahaan juga sangat beresiko dengan segala gesekan dan beban yang besar buat
keluarganya. Akhirnya mereka memberanikan diri untuk memulai bisnis kecil
kecilan di waktu luangnya untuk menambah penghasilan untuk keluarganya.
Menurut opini apini
memulai bisnis sejatinya bukan hanya untuk menambah penghasilan,namun sebagai
sarana pembelajaran, seperti sekolah bisnis yang berbayar, sama saja dengan
biaya sekolah, atau kuliah yang memakan waktu bertahun tahun dan uang yang
mungkin sebesar ratusan juta untuk biaya kuliah selama 4 tahun saja. Kita
asumsikan uang 100 juta rupiah itu juga merupakan modal bisnis yang memang
suatu saat bisa saja tambah berlimpah ataupun tambah habis, maupun hilang sama
sekali karena kerugian. Pun bukankah sama dengan kuliah, ratusan juta selama 4
tahun untuk selembar kertas kelulusan yang pada akhirnya sedikit menambah
pengetahuan dan skill kita.
Bagaimanapun pada
akhirnya semua orang, terutama karyawan ingin memiliki bisnis sendiri suatu
saat setelah mereka lelah bekerja, namun pada kenyataanya hal ini tidak pernah
terjadi karena keahlian dan skill mereka adalah menjadi karyawan , mereka tidak
pernah belajar tentang menjadi pemilik bisnis dan bagaimana mengelolanya,
akhirnya mereka hanya mengendari bisnis gila yang mengarahkan mereka langsung
ke kegagalan dan mengahbiskan tabungan kerja keras seumur hidup mereka.
Jika tau semua ini
akan terjadi, kenapa aku, kenapa kita masih tidak memulai suatu gerakan ?
Mengapa hanya berdiam diri, berpangku tangan dan menganggap semua akan baik
baik saja ?
Menurut opini apini,
jawabanya adalah karena penjara ego. Sejujurnya aku belum tau pasti jenis
penjara ini, meskipun aku beberapa kali mengunjunginya disetiap harinya. Sama
seperti mas-mas imajiner kita, menganggap hidupnya sudah cukup baik sekarang,
sudah cukup sibuk, dan memulai bisnis dapat membuatnya kelelahan, Tidak melatih
skill baru , tidak belajar hal baru dan apalagi apa kata orang-orang jika
melihat seseorang karyawan dengan tingkat yang lumayan tinggi harus berjualan
produk-produk atau menjadi pelayan dibisnisnya sendiri , malu dong...
Penjara ego memiliki
tingkat keketan sendiri untuk setiap orang, namun yang pasti semakin besar ego
seseorang, semakin tinggi harga dirinya, semakin ketat penjara ego ini akan
mengunci setiap ide dan kekuatannya. Aku belum tau pasti cara untuk kabur atau
keluar dari penjara ego ini. Mungkin jika aku sudah menemukannya aku akan
mengupdate opini apini ini. Namun yang bisa aku lihat dari beberapa orang yang
berhasil keluar adalah mereka menemukan kekuatan dengan menekan habis ego
mereka dengan membiarkan mereka berada dititik tersulit mereka. Titik dimana
jika mereka masih mementingkan ego mereka,mereka akan mati. Titik dimana mereka
akan merasa tidak ada jalan lain selain terus maju karena jalan dibelakang
telah hancur atau memang kita tidak bisa berputar mundur karena tidak akan ada
bantuan apapun, ataupun harga yang harus dibayar terlalu mahal jika harus
gagal. Suatu alasan yang membuat pagi saat kita bangun tidak lagi terhalang
oleh alasan-alasan maupun kemalasan. Sebagai gambaran saja, seperti mengemudikan
sebuah mobil besar dijalur yang sempit dipegunungan, harus terus maju, belajar
mengendalikan agar tidak masuk jurang maupun mundur kebelakang dan tidak bisa
beputar balik, mau tidak mau harus terus berjalan.
Bagaimanapun aku dan
banyak orang sadar akan penjara ego ini, namun tetap saja kita tidak bisa
melakukan
apa-apa dan terperangkap disini, hingga hari ini aku masih berusaha
mencari jawabannya, jadi mohom maaf .
jika opini apini kali ini tidak disertai
dengan jawaban dan penyelesaian.
0 Komentar