Alkisah pada zaman kerajaan duhulu, hiduplah seorang anak
petani yang menjalani kehidupan seperti anak pada umumnya, suka bermain bersama
teman-temannya, belajar disekolah dan sering membantu kedua orang tuanya dalam
bertani dan menjual hasil pertaniannya kepasar. Anak petani ini bernama Agus.
Agus bukanlah anak yang pintar dikelasnya, hanya pintar sepertinya kebanyakan,
tidak begitu menonjol, kecuali pada satu bidang, yaitu dalam melukis. Lukisan
Agus sangatlah bagus dan memanjakan mata, mungkin karena kebiasaan dia bertani
dialam terbuka, membantu bapaknya mengantar hasil pertanian melewati
gunung, membuat matanya terbuka akan
keindahan alam bumi pertiwi dan anugrah bakat pada tangannya membuat lukisannya
begitu memukau.
Selepas lulus sekolah, Agus ingin sekali menjadi pelukis,
berpetualang dan belajar pada berapa pelukis terkenal untuk mengembangkan
bakatnya, namun sayang, orang tuanya yg mulai tua, dan pertanian yang tidak
dapat ditinggal , akhirnya melemahkan niat Agus dan tetap berada didesa ini
saja, mengurus pertanian orang tuanya.
Tahun-tahun mulai berganti, pertanian milik agus mulai
menampakkan hasilnya, diapun memiliki beberapa anak buah yang siap membantu
mengurusi ladang pertaniannya, namun kesuksesan dalam pertanian ini tidak
lantas membuat Agus puas, namun hatinya malah bertambah gusar dan gundah
gulana. Dia berpikir bahwa semua sekarang baik-baik saja, orang tuanya sudah
dapat hidup dengan nyaman dan dia berpikir, apakah saatnya sekarang bagiku
untuk melnjutkan impianku menjadi pelukis terkenal ?
Dalam setiap kebimbangan hidup Agus selalu mengisinya
dengan melukis sambil berpikir dan berusaha mencari jawaban, kali ini dia
melukis tentang kehidupan disawah dan beberapa anak buahnya yg sedang bekerja
disana. Dalam ketenangan dan keteduhan pohon mangga diatasnya seseorang anak
kemudian datang dan memuji lukisan Agus , “ waaah, mas Agus, lukisan mas bagus
sekali, aku jika sudah besar ingin sekali menjadi seperti mas Agus, seorang
pelukis berbakat dan terkenal akan lukisannya yag bagus “ , celoteh anak itu. Seketika
Agus terhentak dan mulai berpikir, apakah aku memang sebagus itu, apakah aku
harusnya layak menjadi peluki terkenal ?
Pada suatu hari yang cerah, Agus meminta ijin keorang
tuanya untuk pergi berpetualang mencoba untuk menjadi pelukis yang lebih baik
dan melihat dunia, mencari inspirasi yang lebih banyak untuk menjadi pelukis
yang terkenal. Awalnya orang tua Agus tidak memberikan ijin dan merasa heran
dengan Agus, pdahal hidupnya sudah cukup mapan dan tinggal menikmati saja
hidupnya didesa, namun Agus bersikerasa dan memberikan pengertian kepada orang
tuanya, bahwa masih ada hal yang dia inginkan, yang dapat memuaskan hasratnya
lebih jauh lagi, yaitu menjadi pelukis terkenal dan mendapatkan pujian akan
karya karyanya yang memukau dan diingat oleh orang banyak bahwa pernah ada
lukisan yang sebagus ini yang dilukis olehnya. Akhirnya dengan tekad sebesar
itu, orang tuanyapun tidak dapat menahan Agus dan mengizinkan anaknya untuk
mengejar apa yang ingin dia kejar.
Akhirnya Agus mulai mengemasi barang-barangnya,berbekal
uang yang lumayan dari simpanan hasil pertanian, Agus mulai berpindah dari satu
tempat ketempat lain , membawa sejumlah canvas dan mulai menggambar disana.
Agus mulai menggambar gunung, lautan , padang rumput , suasana kota, kolam
ikan, peternakan dan masih banyak yang lainnya. Dia menggunakan bakatnya untuk
memproduksi puluhan lukisan yang manarik dan memukai, sangking banyaknya, Agus
mulai kesulitan membawanya dan tasnya tidak lagi cukup untuk membawa semua lukisannya.
Aguspun mulai berpikir, mungkin ini saatnya dia mulai
menjual lukisannya, persediaan keuangannyapun mulai menipis dan akan malu kalo
dia harus pulang kerumah tanpa membawa hasil apapun. Agus mulai masuk kesuatu
toko kesenian, dia mencoba menawarkan hasil lukisannya. Pemilik toko kagum
dengan bakat Agus dalam melukis, dan Agus juga terkesan dengan pujian sang
pemilik toko. Pemilik tokopun berminat untuk membeli beberapa, namun tawaran
pemilik toko membuat Agus terkejut, meskipun pada awalnya pemilik toko memuji
bakat sang pelukis, namun pemilik toko menawar lukisan agus dengan harga yang
murah yang membuat agus merasa tidak layak lukisan sebagus ini hanya dihargai
dengan harga seperti itu. Akhirnya Agus merapikan lukisannya dan meminta ijin
untuk keluar dari toko tanpa menjual satupun lukisannya.
Agus tidak habis pikir mengapa ada saja orang yang masih
belum paham arti dan betapa berharganya nilai sebuah seni, dalam pikirannya dia
menyalahkan pemilik toko bahwa dia penjual yang bodoh dan dia tidak becus dalam
memberikan penilaian akan harga nilai seninya. Dikota berikutnya Agus masuk
kedalam toko kesenian lagi dan mencoba untuk menjual lagi kaya seni lukisannya.
Kali ini pemilik toko bukan main memuji bakat Agus dan Agus merasa terkesan
dengan pujian sang pemilik toko. Namun lagi-lagi pemilik toko memberikan harga
yang murah dan tidak masuk akal kedalam karya-karya Agus dan ini membuat Agus
lebih kesal lagi dan segera keluar dari toko tanpa mengatakan sepatah katapun
pada pemilik toko, pemilik tokopun tidak mengerti mengapa Agus bersikap seperti
ini.
Diperjalanan dengan membawa tas yang berat Agus terhuyung
huyung mencoba mengangkat puluhan lukisannya sembari menahan kesal, mengapa
pemilik pemilik toko itu tidak dapat mengerti dan mengharga nilai seni yang ada
dalm lukisannya,
“ mengapa mereka memuji-muji diawal namun pada
akhirnya menghargai rendah lukisanku ? celetuknya,
mengapa tidak diawal saja
dia bicara kalo lukisanku jelek atau apalah sehingga harga tadi terasa pantas
untuk karya seniku ? pikirnya.
Dalam kegusaran dan
keraguan tadi , dia mulai untuk membuktikan cara berpikirnya, dia menemui
sesorang dijalan, lalu dia tunjukkan lukisannya kepadanya.
“bagaimana tuan pendapat
anda mengenai lukisanku ?” tanya Agus
“tampak bagus tuan,
sepertinya anda memiliki bakat “ jawab pria itu
“ wah anda terlalu memuji
tuan “ jawab Agus
“kira-kira jika tuan
seorang pembeli, berapa tuan akan menghargai harga lukisan ini ? tanya Agus
“ saya bukan orang yang
mengenal seni tuan, mungkin tidak banyak, 3 hingga 5 pishing mungkin sudah
cukup “ jawabnya
Agus terkejut dengan jawaban itu, “mengapa orang-orang
menghargai lukisan seperti ini murah sekali, apakah mereka tidak tahu nilai
seni, karya seni ? dan bagaimana cara yang pantas menghargai seni ?” pikirnya.
Lalu sekali lagi Agus, merasa dia bertanya pada orang yang salah dan mencoba
sekali lagi bertanya kepada orang lain hal yang sama, namun jawabannya sama
saja. Kemudian dia bertanya kepada orang lain sekali lagi, sayangnya jawabannya
sama saja.
Agus mulai berputus asa, dia mulai meragukan diri sendiri
dan kemampuannya, dia mulai menyalahkan tangannya yang tidak berbakat, pengaruh
dari orang tuanya, bagaimana dia bekerja di pertanian telah melemahkan
kemampuan dan bakatnya, bagaimana pikiran negatif orang tuanya telah
merasukinya dan melemahkan bakatnya.
Agus terus berjalan mencoba menawarkan kepada
orang-orang, berharap bertemu dengan orang yang se pikiran dengannya dan
sanggup memberikan harga yang sesuai dengan yang dia harapkan. Saat Agus terus
berjalan sampailah dia dialun-alun kota. Disana tidak disangkanya dia bertemu
dengan sesama pelukis, dia memajang lukisannya dialun-alun kota. Agus mulai
mendekati galeri lukisan pelukis pelukis tadi, dia melihat lihat dan memberikan
penilaiannya.
“lukisannya umayan bagus,
meskipun masih lebih bagus lukisanku” pikirnya, lalu dia mulai bertanya kepada
pelukis, “berapa kamu hargai untuk lukisan-lukisanmu yang indah ini ?”
“Tidak banyak tuan,
mungkin hanya 4-5 pishing, paling banyak 10 pishing tuan “ jawab pelukis tadi
“Mengapa kamu hanya
menjual lukisan indah ini semurah itu ? padahal lukisanmu bisa dijual dengan
harga yang lebih tinggi ?” tanya agus
“Bagaimana ya tuan, saya
sadar diri tuan, lukisan memang dilihat dan dihargai tergantung dari bagaimana
orang mempersepsikannya, namun yang perlu saya pahami juga tuan, saya bukanlah
siapa-siapa, meskipun lukisan saya bagus, nama saya belumlah dikenal orang,
nama saya belum cukup untuk melambungkan harga dari lukisan saya” jawab pelukis
tadi.
Akhirnya
Agus mulai mendapatkan pemahaman, dalam perjalannya dia mendapatkan fakta bahwa
jalan kedepan tidaklah mudah, bahwa untuk menjadi pelukis terkenal tidak serta
merta berhasil hanya karena bakat yang dimilikinya.
Agus terus menerus mengembara dari kota-kota , terus
menerus memperbaiki tekniknya dalam membuat lukisan yang indah, sesekali
berdiskusi dengan pelukis pelukis yang lain, berguru dengan pelukis-pelukis
yang lebih mahir dari padanya. Serta sekarang lebih merendahkan hatinya jika ada
yang menawar atau membeli lukisannya dengan harga yang rendah.
Dalam perjalanannya, Agus sampailah pada sebuah daerah
ditepi laut pantai selatan. Disana terdapat sebuah kerajaan yang tidak begitu
makmur, rakyat-rakyatnya hanya hidup sebagai petani miskin, dan nelayan-nelayan
dengan kemapuan rendah, namun beruntungnya dipimpin oleh raja yang baik,
bijaksana namun masih muda dan minim pengalaman. Sesampainya disana Agus
berpikir bahwa dia tidak akan lama tinggal disini, tidak ada yang dapat dicari
dan dapat dikembangkan disini, hanya mungkin beberapa pemandangan pantai yang
layak untuk dilukis dan mungkin akan cukup untuk membantu Agus bertahan hidup
untuk bulan-bulan kedepan.
Disebuah pantai yang indah dikerajaan ini, Agus mulai menghamparkan
peralatan lukisnya, pelan-pelan dia pilih kuas dan pewarna yang akan dia pilih.
Kemudian dia mulai menggoreskan pewarna dalam kuasnya,pelan-pelan dia mulai
menggambar langit yang berwarna biru, bertemu dengan garis horizon yang
terbentang dalam indahnya biru gelap lautan serta mulai digoreskannya
ombak-ombak yang beriringan, tak lupa dia menggambar detail kecil seperti kapal
nelayan yang berusaha menembus ombak dan sayup sayup orang-orang dikejauhan.
Tak lupa burung-burung yang berterbangan dari arah jauh dan pohon kelapa yang
melambai-lambai diterpa semilir angin dari arah lautan. Dengan hati-hati Agus
memilih warna warna yang cerah dan memadukan warnanya untuk mendapatkan warna
yang indah. Setelah selesai menggambar tak lupa Agus memberikan tandanya untuk
menunjukkan karya yg dia lukis kepada para penikmat karnya.
Saat Agus sedang melukis, anak-anak kecil seperti biasa
berdiri disamping dan dibelakangnya, terkagum-kagum melihat bagaimana kuas
kosong bisa berubah menjadi suatu pemandangan yang sangat indah. Banyak dari
mereka yang ingin juga belajar melukis dan bercita-cita suatu saat bisa menjadi
seperti Agus. Dalam keramaian, tanpa sepengetahuan Agus, lewatlah seorang
utusan kerajaan yang seperti biasa sedang berkeliling diwilayah kerajaannya,
mengecek bagaimana kehidupan rakyat, kebutuhan rakyat dan bagaimana keamanan
dan ekonomi masyarakat.
Setibanya di istana raja, utusan kerajaan mulai bercerita
kepada kepada raja bagaimana kehidupan rakyat, ekonomi mereka dan tentang
apapun permasalahan rakyat dibawah, mendengar hal yang dijelaskan oleh utusan
kerajaan , Raja terlihat sedih, raja yang masih muda dan minim pengalaman itu
terlihat bingung, bagaimana caranya kehidupan masyarakat dapat lebih baik dari
sekarang, bagaimana caranya kerajaan dapat memberikan kehidupan yang makmur
aman damai dan sentosa kepada semua masyarakatnya.
Raja masih berusia muda saat ditinggal mati oleh ayahnya,
raja sebelumnya, selepas kepergian Raja, kehidupan dikerajaan ini seperti
perlahan menuju ke era terakhirnya, sebelumnya ayah sang raja dapat memberikan
kehidupan yang baik kepada rakyat-rakyatnya dan dicukup dipercaya oleh kerajaan
sekitarnya dalam urusan perdagangan, petani-petani setidaknya dapat hidup lebih
sejahtera dari pada masa sekarang, namun saat ayah sang raja ingin melakukan
ekpedisi ke kerajaan diseberang lautan , badai menenggelamkan kapal bersama
sang sang raja dan pengikut-pengikutnya, hilang dan tak pernah diketemukan.
Akhirnya anak sang raja yang masih remaja didaulat
menjadi pengganti ayahnya, untuk menentramkan kehidupan rakyat dan membawa
kerajaan ke era baru yang lebih menjanjikan, namun naasnya, karena raja muda
minim pengalaman, kerajaannya banyak ditipu oleh kerajaan-kerajaan lainnya,
sedangkan kerajaan yang setia padanya perlahan mulai menjauh dan memutus
hubungan perdagangan, meninggalkan sang raja muda menghadapi masa-masa sulit.
Meskipun dalam keadaan yang cukup sulit, raja muda
bukanlah orang yang mudah menyerah, dia terus mencoba cara-cara baru untuk
membawa kerajaannya berbalik menuju keadaan yang lebih baik, beliau mulai
membangun hubungan berkoalisi dengan kerajaan lainnya, namun sepertinya semua
butuh waktu. Akhirnya pelan-pelan kerajaan ini mulai ditutupi oleh sejarah,
mulai menghilang dalam peta, tidak dikenal oleh orang-orang kecuali sebagai
daerah miskin didaerah selatan yang dikenal memiliki pemandangan dan bentang
alam yang memukau.
Dipagi yang cerah kala itu, sang raja sedang duduk-duduk
dibalkon istananya, melihat kearah pantai, membayangkan akan ada pelabuhan
besar disana, perekonomian akan membesar lagi, dan negeri ini akan menjadi
negeri yang makmur. Dalam lamunannya sang raja kemudian berpikir, “ mengapa aku
tidak bangun saja pelabuhan itu, ya meskipun ukurannya masih kecil, mungkin
akan lebih baik jika aku kesana dan mulai mengukur dan membayangkan kira kira
akan seperti apa pelabuhannya nanti”.
Kemudian raja memanggil utusan kerajaan dan beberapa
pengawalnya untuk menemaninya ke arah pantai, untuk melihat-lihat apakah
kemungkin pelabuhan bisa dibangun disini, apakah visi sang raja bisa terwujud
disini ?. lalu sang raja dan beberapa pengawalnya menaiki kereta kuda bergerak
menuju pantai.Dalam perjalanannya raja melihat warganya yang kurus-kurus
kekurangan makan, air matanya tidak sengaja jatuh. Hatinya seperti tak tahan melihat
keadaa seperti ini, dan ini semakin membulatkan tekad sang raja.
Beberapa saat kemudian raja dan rombongannya sampai
ditepi pantai, raja melihat-lihat kearah laut, membayangkan kapal-kapal besar
dari negeri jauh akan berlabuh disini, membawa barang-barang yang dibuat oleh
rakyat, lalu rakyat pada akhirnya dapat menjadi rakyat yang lebih makmur berkat
pelabuhan besar ini. Namun lamunannya seketika terhenti, kemudian raja berpikir
“ jikalau benar nanti akan ada pelabuhan besar disini, lalu apa yang akan aku
jual ? hasil tani kami tidak begitu besar, mungkin juga kerajaan lain bisa
menjual lebih murah dari pada kami, tidak ada alasan bagi para
saudagar-saudagar jauh itu melabuhkan kapalnya disini”. Lalu sang rajapun
pulang dengan bersedih hati.
Agus seperti biasa melanjutkan pekerjaannya untuk melukis
pemandangan alam dikerajaan ini, kali ini dia mencoba untuk melukis gunung
disertai dengan petani-petani yang sibuk menaman tanamannya, hal ini tiba-tiba
membuat agus teringat akan rumahnya, dan bagaimana dia dulu terbiasa melukis
orang-orang didesanya. Agus merasa ingin segera pulang kedesa, namun egonya
mengatakan,” jika kau pulang sekarang, maka apa yang bisa engkau banggakan
kepada orang tuamu ?. hati Agus mulai tak tenang dan akhirnya dia menenggelamkan
pikirannya kedalam lukisan, dia tahu, hanya ini satu-satunya cara dia bisa
melupakan semua masalahnya.
Sang raja yang kemarin bersedih hati, mulai menyadari
bahwa tidak ada gunanya bersedih, yang perlu dilakukan sekarang adalah
bagaimana dia bisa menemukan solusi untuk rakyatnya, tentang produk apa saja
yang bisa kerajaan ini berikan bila mana memang pelabuhan itu nanti jadi untuk
dibangun. Sang raja kemudian tanpa pikir panjang menyuruh rombongannya kemarin
untuk ikut bersama dia, berkeliling kerajaan, untuk mencari tahu, kira kira ada
produk apa saja yang layak untuk diperdagangkan selain pertanian dan hasil
nelayan. Sejak pagi sang raja berkuda dari desa kedesa untuk menemukan jawaban,
namun hingga sore sang raja masih belum menemukan solusinya, yang ia temukan
hanya petani-petani miskin yang meminta bantuan pada raja, meminta kerajaan
dapat membantu dia dan keluarganya untuk dapat hidup lebih baik.
Hari sudah berubah menjadi sore, rombongan raja berjalan
pulang keistana dengan tertunduk lesu, tanpa mendapatkan solusi apapun tentang
masalahnya. Namun naas dalam perjalanan pulang, salah satu kuda rombongan
menjadi liar, mungkin karena perjalanan yang jauh , dia memberontak,
menjatuhkan penunggangnya dan bergerak kearah bukit. Rombongan sang raja pun
mengejar kuda tadi hingga kepuncak bukit, dan saat sampai dipuncak bukit sang
raja merasa beruntung karena kuda tadi telah berhasil tenang dan dijenakkan
oleh seseorang. Kemudian raja menjabat tangan pria itu dan berterima kasih,
serta menanyakan siapakah dia dan apa yang dia lakukan disore hari diatas
puncak bukit seperti ini ?
Laki-laki itu menjawab “
nama saya Agus wahai baginda raja, saya adalah seorang pelukis dari negeri yang
jauh, saya berkelana untuk melukis bentang-bentang alam dan menjualnya kepada
orang-orang, dan saya melihat bahwa tuan raja memiliki kerajaan dengan
pemandangan yang bagus, jadi saya melukisnya.”
Tiba-tiba sang raja
menyadari sesuatu yang dia tidak sadari sebelumnya, bahwa kerajaannya
dianugerahi alam yang memukau, dan mungkin saja pelukis inilah jawaban yang
dicari oleh raja selama ini.
Kemudian raja bertanya, “
dimanakah anda tinggal, wahai tuan pelukis selama disini ?
“Saya tinggal hanya
ditempat dimana saya bisa istirahat sejenak baginda, kadang dipondok pondok
bukit, maupun hanya beralasakan rerumputan dibawah langit” jawab Agus
“Begitu rupanya,
bagaimana jika tuan pelukis menginap saja sementara diistana kerajaan, saya ada
beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan tuan pelukis mengenai hal yang
tuan pelukis kerjakan” balas sang raja
Agus tiba-tiba
terheran,dalam pikirannya tentu bagus jika bisa bermalam di istana, namun jika
ini jebakan karena telah menggambar kerajaanya tanpa izin, bisa bisa besok
kepalanya telah terpenggal disini.
“maaf baginda raja, saya
tidak apa-apa dengan hidup seperti ini, sudah menjadi kebiasan saya” jawab Agus
“maaf tuan pelukis, saya
memaksa” balas sang raja
Akhirnya
mau tidak mau Agus mengikuti kemauan sang raja dan mengikuti sang raja ke
istana kerajaan. Haripun berganti, Agus dipanggil oleh raja untuk menghadap.
Dalam pikiran Agus, “ baiklah, sepertinya aku sudah tau akhir hidupku seperti
apa, jika saja aku mengikuti kemauan orang tuaku, mugnkin aku akan berakhir
menjadi petani kaya, tidak seperti ini. Agus melangkah melalui koridor, makin
lama langkahnya makin lunglai, dibelakangnya terdapat pengawal yang memberi
tahu arah mana yang harus Agus lewati. Prajurit didepan Agus kemudian
membukakan pintu, didepannya terdapat sang Raja yang sedang duduk dibalkon
seperti biasa sambil melihat kearah pantai. Aguspun terkejut, dia pikir akan
dibawa ketempat hukuman gantung, namun malah berada dibalkon istana dengan
hanya tuan raja disana.
“Silahkan duduk tuan
pelukis” jawab sang raja dengan sopan
“maaf tuan raja,untuk
apakah tua raja membawa sama kemari ?” tanya Agus
“ maaf jika ini mendadak
tuan pelukis, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan” jawab sang raja
“ baiktuan raja, saya
persilahkan” jawab Agus dengan gugup.
“begini, tidakkah anda
selama berkeliling kerajaan melihat rakyat disini hidup dalam kesulitan ?”
tanya raja
“ betul yang mulia, saya
juga merasakan hal yang sama” jawab Agus
“inilah kegelisahan saya
tuan pelukis, saya berniat untuk membangun pelabuhan dipantai didepan sana,
namun saya merasa jika hanya membangun tanpa ada yang dijual juga terasa
percuma” keluh sang raja
“bukankah disini ada
hasil pertanian tuan ?” tanya Agus
“memang, tapi itu belum
cukup, lalu aku melihat tuan pelukis kemarin, dan mendapat ide, jika saja
rakyat disini, terutama anak-anaknya
memiliki bakat seperti anda, dan disini akhirnya bisa menjadi sebuah kerajaan
dengan pusat seni, juga pusat sekolah seni berada disini, bisa saja pelabuhan
itu akan berguna dalam memakmurkan rakyat disini” jawab sang raja
“sebuah visi yang hebat
yang mulia” jawab Agus
“untuk itulah tuan
pelukis, saya meminta tuan untuk mengajari anak-anak disini tentang cara
melukis, jika tuan memiliki teman dalam bidang seni lainnya seperti memahat dan
lain-lain , tuan bisa bawakan mereka kemari, sebagai gantinya, tuan akan akan
kami gaji dan sediakan rumah disini dan kami angkat menjadi pelukis kerajaan,
bagaimana tuan pelukis ?” tanya raja
Agus
tampak terheran-heran dengan pertanyaan raja, namun dia juga tidak bisa menolak
keinginan mulia sang raja.
“ baiklah yang mulia,
saya rasa hamba setuju dan merupakan hal yang luar biasa jika hamba mengabdikan
hidup hamba untuk kemakmuran rakyat dikerajaan ini”jawab Agus
Akhirnya mulailah Agus mengajari anak-anak desa disana
untuk belajar melukis, dengan bantuan raja segala perlangkapan lukis
disediakan, bagi mereka yang tidak berminat dapat terus melanjutkan kehidupan
sebagai petani. Tahun berganti tahun, Agus juga mengundang beberapa pelukis
terkenal untuk melihat lukisan anak-anak kerajaan ini, Raja pun mendukung
dengan memberikan tempat bagi pelukis-pelukis terkenal ini jika mereka mau
tinggal menetap dan melukis pemandangan alam disini.
Tahun berganti tahun, anak-anak pelukis ini mulai tumbuh
besar, bakat lukisan mereka sangatlah cemerlang, semakin banyak pelukis-pelukis
terkenal datang dari negeri jauh untuk melihat karya anak-anak ini dan juga
mencoba melukis pemdangan alam yang terkenal indah dari kerajaan ini. Sang
rajapun mengembangkan pelabuhan secara bertahap, mulai dari kecil diawal hingga
ditahun-tahun ini kapal-kapal besar pun bisa melabuhkan kapalnya disana.
Kemudian raja dengan bantuan Agus mulai mengadakan lomba
dan pameran lukisan, diundanglah pelukis-pelukis dari mancanegara untuk melukis
bentang alam kerajaan ini, pelukis-pelukis yang berhasil juara dihadiahi hadiah
yang besar yang membuat nama kerajaan ini semakin bersinar bagi para
pelukis-pelukis. Setiap hari banyak kapal-kapal dagang datang membawa
pelukis-pelukis untuk melihat karya-karya lukisan dikerajaan ini, tak lupa
saudagar-saudagar dari negeri jauh juga membeli lukisan untuk diperdagangkan
dinegerinya.
Tahun-tahun kemudian, raja sepakat untuk menderikan
sebuah sekolah seni lukis, yang membuat para pelukis-pelukis awam dari
mancanegara belajar ilmu lukis disini, Aguspun didaulat raja sebagai profesor
ilmu lukis , dan terus membagikan ilmunya kepada murid-murid dari berbagai
belahan dunia. Perekonomian rakyatpun mulai terbangun. Kapal-kapal yang tadinya
hanya membawa pelukis, akhirnya juga membawa saudagar dan orang-orang kaya yang
berburu hasil lukisan-lukisan terbaik didunia, rakyatpun memberikan pelayanan
terbaik dengan membuka penginapan-penginapan dan pasar yang lebih besar. Makin
lama pelabuhan makin membesar dan kerajaan makin makmur.
Kehidupan aguspun yang semula hanya pelukis jalanan
dengan karya hebat namun tidak di akui perlahan berubah. Aguspun telah
memberikan hidupnya bagi rakyat, berdaya guna dan bermanfaat bagi kerajaan.
Orang tua aguspun bangga dengan apa yang dilakukan olehnya. Saat ini Raja dan
Agus telah berubah menjadi teman dekat, dengan sejenak kembali memandang masa
dulu, saat mereka berdua dibalkon membicarakan tentang masa depan kerajaan, dan
bagaimana semua ini dapat menjadi kenyataan.
-Tamat-
0 Komentar