"Aku duduk sambil menatap layar komputerku dikantor, mencoba berpikir, kenapa orang mencoba untuk melepas ikatan dan lalu pergi untuk meninggalkan"
Halo lagi pembaca, Selamat datang ditahun 2023, dan aku ingin membagikan opiniku kali ini tentang hal-hal remeh namun sering menyakitkan bagi kita, yaitu saat teman kita atau seseorang yang kita kenal atau bahkan dengan kita , meninggalkan kita.
Sebelum itu, kita harus menyadarkan kembali diri kita, dengan benar benar sadar, bahwa ada hal-hal yang tidak mungkin didunia ini, salah satunya adalah kenyataan bahwa suatu hari , orang-orang terdekat kita akan pergi meninggalkan kita, atau kita yang akan pergi meninggalkan mereka.
Lalu, jika semua ini adalah kepastian, mengapa sulit sekali bagi kita untuk menerima kenyataan ?
Sebenernya jawabannya rumit dan simpel disaat yang bersamaan, simpelnya ya karena kita mahluk sosial dan kita butuh untuk memiliki sebuah group sosial yang membuat kita merasa aman, diakui kebereadaannya, dihargai dan dipedulikan. Tentu kamu paham banget perasaan memiliki teman baik kan ? seperti teman yang suka jalan jalan denganmu, shooping bareng, curhat atau hanya sekedar suka anime yang sama. dan bercanda dengan mereka sungguh seperti hiburan yang kita gak akan pernah bosen setiap hari.
Dan menariknya dari hubungan timbal balik pertemanan, kita akan merasa sangat senang, seperti ada kehangatan dihati kita, saat kita bisa membantu teman kita, begitupun sebaliknya , saat teman kita berbuat baik kekita atau sekedar membagikan makannya saja, kita merasa senang karena dipedulikan
Dilain sisi, kita juga paham perasaan kesepian, dan perasaan dari penolakan yang menyakitkan, atau perasaan dijauhi oleh teman teman kita, dan yang paling parah dikucilkan dan kita gak suka itu.
Jadi memang adalah hal yang wajar untuk meninggalkan dan ditinggalkan, seperti kata pepatah lama, People come and people go, namun memang kita sadar itu tidak mudah, terutama kalo sudah semakin banyak ikatan dan semakin banyak kenangan yang tercipta.
Lalu solusinya bagaimana ?
Akupun masih mencari tahu solusi terbaiknya, namun ini pendapat sementaraku, yang paling utama adalah dengan menyadari dan paham, bahwa semua orang pada akhirnya cepat atau lambat, akan pergi. bahkan orang terdekat kita, keluarga, suami atau istri, akan pergi.
Aku melihat proses hubungan ini seperti saat kita menaiki kereta atau bis, kita naik kekereta sendirian, atau saat kita duduk, sudah ada penumpang lainnya, kita merespon dengan banyak hal, ada yang membaca buku, scroll Hp, atau kita langsung berbicara dengan sapaan yang klasik, "mau kemana/turun dimana mas /mbak ?" dan begitulah percakapan dimulai.
Kita merasa senang mengobrol dengan orang asing, ada perasaan senang tersendiri ketika kita bisa nyambung dan cepat akrab, lalu 1 jam berlalu, 4 jam, 5 jam, hingga kereta sudah sampai diperbatasan provinsi, aah..perjalanan ini terasa lama dan beruntung kita mempunyai teman mengobrol yang membuat kita tidak bosan, kita terlalu menikmati, hingga kita lupa 1 hal.
Kereta mulai melambat untuk memasuki stasiun dan kita biasa-biasa saja karena stasiun kita masih jauh, kita terus mengobrol dengan seru kepada kenalan baru kita ini, hingga dia berdiri dan mengambil tasnya di rak atas, kemudian pamit kepada kita bahwa dia sudah sampek, stasiunnya sudah disini.
Lalu bagaimana respon umum kita, tentu mempersilahkan dan tersenyum sambil mengucapkan hati-hati dijalan, lalu kita melihat dia turun ke stasiun dari balik jendela saat kereta kita mulai melaju, menuju kota tujuan kita.
Lalu bagaimana dengan hidup kita, dengan teman-teman kita ?
bagaimana respon kita saat mereka sampai distasiun pemberhentian mereka ?
Apakah kita akan memaksa mereka untuk menemani kita hingga sampai ketempat tujuan kita ? kenapa kita egois sekali ?
Lalu bagaimana dengan kita yang ditinggalkan ?
Sering kali kita merasa sebagai korban, padahal dia yang melangkah kestasiun dan kita yang masih dalam kereta, sama sama meninggalkan. kita bukanlah korban ataupun kita bukan pelaku, karena kita juga punya pilihan, untuk turun juga distasiun yang sama dengan dia, lalu melupakan tujuan awal kita, merelakannya untuk menemani teman kita.
Pada akhirnya kita harus paham dengan mendalam bahwa semua orang punya tujuan dan cobalah untuk meminjam kacamatanya. cobalah untuk menjadi dirinya, cobalah untuk merasakan dan melihat bahwa baginya keputusan untuk berpisah dengan kehidupan yang sudah lama dijalaninya juga tidaklah mudah.
Yang harus kita lakukan adalah berlatih, berlatih untuk merelakan, merelakan dengans senang hati akan semuanya, akan hal buruk dan juga kenangannya, dan bersikap menjadi teman yang baik, dengan mendoakan agar jalan yang dia pilih adalah jalan yang terbaik baginya.
0 Komentar