"banyak orang tidak menyukainya, begitupun aku, tapi begitulah society" - End Quote
Sudah berapa banyak yang menanyakan ini kepadamu ? dan bagaimana perasaanmu ? ya aku tahu, menyebalkan bukan ? tapi dari pada hanya merasa sakit hati dan menyalahkan banyak orang, mari kita benar-benar duduk dan merenungi hal ini dan apa yang sebenarnya terjadi.
Dari sisi penanya, sebenarnya menurutku itu hanyalah respon otomatis atas ketidak tahuan mereka akan kondisi kita dan akhirnya menggunakan pertanyaan-pertanyaan template, kapan lulus, sekarang sekolah dimana, kerja dimana, pacarnya mana, dll . Menurutku itu cuma pertanyaan basa-basi yang sangat umum, namun akan menjadi gesekan ketika yang ditanya sedang tidak dalam posisi pas untuk menjawabnya, misalkan tentang pertanyaan , kerja dimana sekarang ? itu pertanyaan yg umum, karena hampir semua orang punya aktivitas, punya pekerjaan yang harus dilakukan terutama diusia 20 an tahun ke atas, namun bagi orang yg sudah menganggur berbulan-bulan, bertahun-tahun, itu sangat menyakitkan. Jadi yang salah yang menanyakan atau yang ditanya ?
Dalam mengurai masalah ini aku tidak bisa benar-benar memberikan jawaban yang utuh, karena kita tahu, walaupun pertanyaannya terkesan umum, namun hidup manusia itu sendiri beragam, kita punya jalur masing-masing, dan waktu masing-masing, itulah yang kita sebut worldline.
Namun mari kita fokus saja apa kebaikan yang bisa diperoleh dari pertanyaan menyakitkan tersebut. dalam tulisanku sebelumnya yang berjudul "Tentang penundaan" aku menjelaskan tentang mekanisme penundaan (kamu bisa membacanya untuk info lebih jelas). namun intinya adalah penundaan kita terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. penundaan dengan deadline
misal Homework, laporan mingguan kerjaan dll, dengan deadline yang jelas dan spesifik
2. penundaan tanpa deadline
Dan disinilah kita akan menggali lebih dalam, tidak seperti penundaan dengan deadline, yang akan mentriger kepanikan kita saat hampir deadline, penundaan tanpa deadline tidak memiliki alur kerja yang sama.
Bayangkan PR mingguan, kita punya waktu 1 minggu untuk mengerjakan, berapa banyak dari kita yang mengerjakan di hari yang sama ? aku duga bahkan tidak ada, kemungkinan kita akan mengerjakannya di H-1 atau bahkan dipagi hari sebelum pelajaran dimulai.
Deadline akan mentriger rasa panik kita, sehingga kemalasan, capek, atau bahkan kebuntuan pikiran akan hilang, (orang menyebut ini juga "the power of kepepet).
Tapi bagaimana dengan hal yang tanpa deadline ? seperti kapan nikah ? gak ada deadlinennya kan ? mungkin ada, seperti perasaan atau umur, tapi menurutku itu bukan deadline yang kuat, karena tidak ada dorongan kuat atau bahkan tanggal kapan harus diselesaikan, sehingga monster panik itu enggak akan muncul untuk menghantui siang dan malam kita.
Dan disinilah peran tante-tante kita yang setiap tahun (bahkan setiap ketemu) menanyakan kapan nikah , kapan lulus dll. mereka ada sebagai alarm, sebagai pentrigger monster panik dari pikiran kita, sebagai deadline tersendiri untuk kita, dan oleh karena itu, kita harus mencoba untuk menyikapinya dengan wajar, anggap saja sebagai wujud kepedulian dirinya ke kita.
Aku tahu ini tidak mudah, dan siapa juga didunia ini yang gak mau kan ?, gk mau cepet lulus, cepet nikah, cepet sukses , cepet punya anak. dan juga itu adalah hak mu untuk bergerak dalam relmu masing masing, dalam kerangka waktumu sendiri. namun juga bukanlah pembenaran (seperti yg ada di instagram/tiktok) untuk tidak melakukan apapun dan bertidak defensif, atau bahkan lari dari pertanyaan-pertanyaan itu.
Dan juga seperti yang aku bilang sebelumnya, secara teori, itu semua hanyalah pertanyaan template, coba kamu bayangkan, itu semua hanya pertanyaan umum, karena tentu saja mereka juga bingung mau tanya apa, jadi mereka mengambil pertanyaan aman (yang padahal enggak aman) karena berpikir toh dari dulu juga orang-orang tanya ini, karena coba kamu bayangkan, tantemu bertanya hal lain, misal
"sekarang kerja dimana ?"
dan kamu jawab "sebagai UI/UX developer te,"
Pasti tantemu akan kebingungan, ini pekerjaan apa juga ya, dan ketika dia berusaha menanyakan lebih dalam pertanyaannya. "ohhh.. kerja dikomputer gitu ya, dikantor, lalu kamu jelaskan lebih dalem lagi, pasti tantemu gak akan ngerti, dan keliatannya dia akan tampak bodoh, dan gak banyak orang yang mau tampak bodoh.
Hal itulah yang menjadi dasar mengapa mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan umum dan aman bagi mereka. karena pertanyaan pertama sangat penting untuk mengarahkan percakapan ke pertanyaan berikutnya.
Dan juga pertanyaan kayak gini gak akan selesai, bayangkan, tantemu salah tanya, "kapan lulus ?" lo kan udah lulus te, pasti dia akan lanjut kepertanyaan berikutnya, " ohh, udah kerja ?" , udah te, " wah kapan nih nikah ? ( "see ?") kalo pun udah nikah juga akan ditanya, wah kapan nih isi (hamil)? dan seterusnya.
Lalu bagaimana solusinya ? bagiku solusi ada dua, yaitu mengedukasi semua orang satu indonesia bahwa jangan lagi bertanya basa-basi seperti itu, dan itu artinya, kita akan mengadakan kampanye besar, membayar iklan , atau bahkan membentuk undang-undang agar pertanyaan itu dilarang.
Atau kedua kita bisa melindungi diri kita sendiri dengan megambil sisi positifnya saja. dengan menganggapnya angin lalu, dengan manjadikannya bahan bakar untuk kita terus berjuang, tambah bagus lagi kalo kita bisa meminta doa kepada mereka agar dipermudah, atau bahkan minta referensi .
Pada akhirnya semua ini adalah tentang respon kita, dan itulah bagian yang paling penting dari semuanya.
0 Komentar