"Berbisnis memiliki resiko, begitupun bekerja" - end qoute
ilustration by Kurzgesagt |
Yang akan diskusikan disini sebenernya adalah hal yang umum , hampir semua orang tau, tapi pertanyaannya, apakah semua orang yang tau, melakukan ? aku rasa tidak.
Saat aku menulis ini aku bekerja sebagai seorang karyawan dengan posisi staff, untuk gaji ya lumayanlah, aku juga memiliki tabungan hampir menyentuh 100 juta saat tulisan ini dibuat, waaah.. enak kan ? belum tentu. meskipun keliatannya sudah luamayan enak, mari kita aware dengan apa-apa saja yang akan terjadi.
Tujuan utama memiliki tabungan banyak bukan untuk dihabiskan, tetapi sebagai bumper, jika suatu saat aku tidak bekerja, katakanlah pengeluaranku 2,5 juta sebulan, maka 100 juta hanya bertahan untuk 40 bulan = 3 tahun, hanya 3 tahun (dan ini belum termasuk biaya lainnya).
Kita paham dengan jelas apa yang akan kita hadapi kedepannya, menjadi karyawan berarti kita bekerja pada seseorang, dibayar tiap bulan untuk mengembangkan usahanya, hingga sampai suatu ketika kita akan digantikan dengan orang lain saat servis kita sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan, dan saat itu terjadi , apa yang akan kita lakukan ?
Jawabannya banyak, kita bisa pindah perusahaan atau memulai karir yang baru, atau kita bisa memulai usaha kita sendiri. ok mari kita diskusikan hal ini.
Memulai karir yang baru tentu tidaklah mudah, kita yang sudah mendaki tangga perusahaan, bisa jadi saat pindah perusahaan harus sedikit turun level menjadi staff biasa, atau bahkan bisa jadi naik level dengan jobdesk yang berbeda juga. dan semakin tua umur kita untuk switch karir, semakin beresiko pula.(mungkin aku akan membuatkan tulisan khusus untuk ini).
Untuk memulai usaha saat kita keluar dari pekerjaan juga bukan hal yang gampang, karena dunianya sangat berbeda, dan banyak dari kita sebagai karyawan agak meremehkan hal ini. padahal mentalitasnya jauh berbeda. kita merasa pede karena sudah paham manajemen perusahaan, padahal saat menjadi pengusaha, yang dilakukan jauh lebih rumit dan luas dari pada sekedar manajemen.
Dan bayangkan tentang resikonya, misal sebagai karyawan kita memiliki tabungan 200 juta untuk memulai usaha kita, (yang kita tabung bertahun-tahun dengan gaji kita atau dari pesangon kita) . kita enggak bisa yakin 100 % bahwa dengan modal seperti itu, usaha kita akan berhasil , jika tidak percaya, kamu bisa lihat berapa banyak bisnis yang gulung tikar dalam waktu 2-5 tahun, bisnis mereka tidak berkembang, sedangkan operasional terus berjalan, modal 200 juta tadi akan lenyap, tidak menyisakan apapun kecuali pelajaran bagi kita. lalu kemana kita akan melangkah ? kembali bekerja kantoran ? diusia seperti itu ?
Maka marilah kita menjadikan ini sebagai fokus pertanyaan kita, mari melihat jauh kedepan kepersimpangan ini, jadi saat kita telah sampai ke waktu itu, kita sudah siap. marilah kita memiliki kesadaran akan hal tersebut.
Lalu dengan semua ini, apa solusi darimu fin ? untuk tulisan kali ini aku juga bingung apa solusinya, karena bisa jadi solusiku tidak berlaku untukmu. mungkin solusi yang paling umum adalah hanya 1, menjadi kaya, dan kalo bisa segera mencapai 1 miliar pertama, karena dengannya kita tahu dengan pasti, 1 miliar jika ditanam diobligasi akan memberikan kupon 5 juta perbulan, uang yang cukup untuk hidup (tapi ini hanya ide aman saja).
Kedua, mungkin yang pasti dan harus kita lakukan adalah terus menerus meng upgrade diri, menulis perkembangan kita, menulis kelemahan-kelemahan kita dan berusaha terus menutupnya. dan meningkatkan terus keunggulan-keunggulan kita.
masalahnya tidak ada pilihan lain, itu bukanlah pilihan tapi kewajiban yang harus kita ambil.
Sembari kita masih bekerja sebagai karyawan, disaat itu juga kita harus belajar dan memahami kegagalan-kegagalan dalam menjadi pengusaha, mumpung masih muda dan kalo pun harus jatuh, tidak banyak yang dikorbankan.
Dan itupun artinya, menjadi pengusaha membuat kita terus mengupgrade diri, mengasah insting dan skill kita, dan skill seperti ini akan terus berguna, keunggulan lainnya adalah, saat kita terbiasa berbisnis dan menjadi pengusaha, kita juga bisa menurunkan skill kita kepada anak-anak kita, menjadi mentor bagi mereka, plus, selain kita menurunkan usaha atau bisnis kita kepada mereka. sesuatu yang rasanya tidak mungkin jika kita bekerja sebagai karyawan.
Sebenernya tulisan ini hanyalah gambaran umum akan ketakutan -ketakutannku akan masa depan yang akan terjadi dan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi dimasa depan, dan mumpung itu semua belum terjadi, kita bisa mengambil start lebih awal , agar ketika krisis itu terjadi kita memiliki perlindungan untuk melawannya.
Mungkin jika harus disimpelkan, kita harus menjadi seperti tony stark, yang selalu mengupgrade diri dengan belajar dari kesalahan kesalahannya, melihat apa yang bisa diperbaiki dan ditingkatkan, dan juga mencoba melihat jauh ke masa depan dan secara sadar memahami apa kemungkinan konflik yang akan terjadi, musuh yng harus dihadapi, seberapa besar dampaknya bagi kita dan keluarga atau orang terdekat kita, dan kemungkinan menyaiapka berbagai rencana untuk meng counter setiap kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Menjadi pengusaha bagiku bukan hanya tentang memiliki uang yang banyak, tapi seperti jalan hidup , sebuah pathway yang kita buat sendiri, bukan dibuatkan orang lain, untuk bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri maupun orang lain yang kita cintai, bagaimanapun hidup yang kita jalani adalah hidup dalam jangka panjang. hal-hal yang penting seperti pengetahuan pengelolaan keuangan, pengetahuan cara mencari relasi, teman dan manajemen relasi juga penting, bagaimana kita mengelola dan mengatur karyawan dan mengelola konsumen juga, hal yang akan kita dapatkan saaat kita memulai berjalan di jalan pengusaha.
0 Komentar