"walaupun kita hidup direalitas yang bernama kenyataan, nyatanya otak kita hanya menangkap bayangan dari realitas itu sendiri, dan terkadang mengarang ceritanya sendiri"
Aku sebenernya mengetahui ini sejak lama, seperti sajak yang dikumandangkan oleh Seneca, bahwa manusia lebih sering menderita dalam imajinasinya dia sendiri dari pada kenyataan. karena saat seorang manusia mengeluh soal beratnya hidup, terdapat bias dalam timbangan mentalnya, karena hidup berat yang terkadang dia keluhkan, adalah hal yang biasa bagi orang lain, kembali lagi pada kapasitas mental seseorang untuk menahan penderitaan.
dan disinilah kita memulainya, realitas akan tampak berbeda pada kacamata semua orang, karena itulah dalam satu peristiwa kita biasa mendengar ada orang yang optimis akan hal itu, ada juga yang pesimis, padahal kejadiannya sama, atau kasusnya sama. Lalu mari kita membawa bias ini lebih jauh.
Temanku berbicara tentang bagaimana dia mencintai seseorang, aku mendengarnya dan berpikir, kita enggak bisa membuat orang lain jatuh cinta pada kita. ya..... mungkin dengan kebaikan, penampilan, kekayaan dll, tapi jauh dari itu, sebenernya yang membuat dia jatuh cinta pada kita, adalah dirinya sendiri, adalah bagaimana dia berimajinasi tentang mencintai dan kita cintai. oleh dari itu, kita sering melihat banyak pasangan yang toxic tapi tetep berlanjut, atau pasangan yang enggak ideal (mohon maaf, misalkan salah satunya cantik) , dan kita sebagai manusia sangat paham akan hal ini.
Kita merasakannya, kita mengenal kabut itu, seakan akan filter tiktok, orang yang kita suka dan kita cintai adalah orang yang paling ganteng atau cantik didunia, seakan akan pesona keluar sendiri dan kita enggak bisa menghindarinya, seakan-akan hal-hal jeleknya tertutupi dan hal menonjolnya makin membuat kita terpesona, bahkan bagaimana dia berbicara, bagaimana dia berjalan, bagaimana matanya yang bersinar dan ketawanya yang lucu. sedangkan saat kita jadi pengamat diluar hubungan tersebut, kita akan biasa saja.
Ada hormon khusus yang mengatur filter ini, aku bukan ahlinya dalam hal ini, tapi aku dan kita tahu perasaan ini. dan begitulah juga yang terjadi pada hidupku.
Bisa jadi bagi dia, orang yang aku cintai namun tidak mencintaiku, semua perjalanan yang kita lalui hanyalah perjalanan yang biasa aja, atau malah akan menjadi pengalaman yang buruk, saat dia tahu kita mencintainya dan dia memasan tameng agar kita enggak berjalan lebih jauh.
Namun bagiku bahkan setiap detiknya aku syukuri, dan aku benar-benar bilang ke Tuhan , dan berterima kasih dan bersyukur akan setiap detik yang bisa aku lalui dengannya, walaupun kini aku sadar bahwa semua itu hanyalah ilusi.
Namun bagiku, perasaan itu nyata, sangatlah nyata, maka dari itu aku beryukur pada Tuhan dengan cara yang nyata. dan fase berikutnya saat kita mengenang perjalanan tadi, kita menambahkan ilusi juga didalamnya, kita selalu menambahkan, bahkan saat kita mengalami hal buruk dalam hubungan, saat masih ada setitik cinta disana, kita akan mengenangnya, mengenangnya sebagai kenangan yang indah, walaupun kenyataan dimasa lalu sangat mengerikan.
-End Quote
0 Komentar