"apa itu realita ? yang aku tahu kita semua memakai jenis kacamata yang berbeda " -
Pernah berhubungan dengan orang yang sulit atau rumit, yang berbicara dengannya terasa sulit dan menebarkan, seperti susah sekali untuk kita ajak bicara, dan akhirnya kita males untuk melanjutkan pembicaraan dan cenderung menghindarinya .
Dalam beberapa hal mungkin ke saudara kita, atau teman-teman kita, dan yang paling sering mungkin ke teman-teman kerja kita, mengapa ini bisa terjadi dan apa dampaknya ?
Banyak penyebab mengapa ini bisa terjadi, bisa jadi karena ego yang masih ada, bisa jadi karena riwayat masa lalu seseorang yang sering diremehkan dan tidak pernah dihargai, bisa jadi emang lingkungannya yang akhirnya membuatnya demikian.tentu maish banyak lagi faktor-faktor yang akhirnya kita bisa coba pahami.
dampaknya adalah, kurangnya komunikasi dan akan diambil alih oleh asumsi, dan sering kali asumsi 70% tidak sama dengan kenyataan,kurangnya komunikasi akan memperburuk kerja sama, meruntuhkan dan menggalkan project, dalam jangka panjang merusak organisasi perusahaan. seperti sebuah domino effect, dan asumsi sering kali berkembang, dan mendouble, bukan hanya saat pindah dari satu orang ke orang yang lain, namun juga saat kembali ke diri kita sendiri padahal kita tahu, kita yang memulainya.
Jika dampak itu belum cukup meyakinkan, ada lagi dampak yang lebih berbahaya, gesekan internal akan membuat kita stress dengan pekerjaan dan membuat kita stress juga akan kehidupan, strees ini akan menaikkan hormon cortisol yang kita tahu, dalam jangka pendek menguntungkan, namun jangka panjang sagat berbahaya, dan pada akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung.
Lalu bagaimana solusinya ?
solusi untuk berhadapan dengan orang yang sulit ?
banyak cara, namun yang paling dasar adalah dengan "change the narative", dengan merubah persepsi dan asumsi kita, dengan mengkategorikan kembali, kenapa kita melabeli mereka "difficult person", oh tentu akan ada banyak alasan-alasaan yang keluar,
misal , dia kerasa kepala, tapi bagaimana jika kita rubah dengan kata dia persisten ? atau dia passionate kebidang atau masalah itu ?
atau misal kita melihat dia "agresive" namun saat teman kita yang melakukannya kita menganggapnya " wow, dia sangat berdidikasi, termotivasi" dan sebagainya.
dan memang narative akan seberpengaruh itu, dan ada rahasia dimanapun kamu bekerja apapun posisimu ataupun diamanapun itu, menjalin pertemanan dan menghindari enemy zone akan lebih berarti dan lebih bernilai, karena orang menyukaimu akan melakukan bisnis atau senang berurusan denganmu, sedangkan yang bertentangan denganmu dia akan melalukan segalanya yang meraka bisa untuk menganggumu mencapai kesuksesan.
dan ini juga berlaku dimanapun, dipertemanan, keluarga dll, karena kembali ke sifat manusia itu sendiri, iri dengki dan lain sebagainya akan sangat berpengaruh.
Untuk itulah soft skill sebegitu berpengaruhnya dalam pekerjaan, dan sayangnya, banyak orang jenius, dan pintar tidak memahami ini, dalam artian meraka memang jago dalam segi IQ, kepintraan dan lain-lain, atau dalam bidangnya dan menjadi sombong dan merasa cukup, padahal itu hanya sebagian dan 1 hal yang lain, bagaimana cara kita berinteraksi dengan atasan itu adalah skill yang lain, bagaimana kita berinteraksi dengan keloga dan bawahan itu adalah hal yang lain pula, itulah skill set yang berbeda dan bisa jadi kita sangat rendah skill ini dan malah mengakibatkan perpecahah dan kegagalan.
lalu apakah merubah narative dan perspektif itu cukup ? tentu tidak, kita harus belajar lebih banyak dan memang iklas dan tulus dari hati. tapi untuk memulai, itu sudah cukup, cukup untuk membuatmu keluar dari lingkaran setan asumsi dan persepsi yang keliru tentang seseorang.
seperti apa yang dilakukan pak jokowi, alih alih memperbanyak musuh, dia memperbanyak teman dan koalisi untuk memuluskan niatnya, walaupun tentu ada negatifnya, tapi ambisi yang besar memang akan memerlukan penyatuan yang kuat, kesamaan visi dan komunikasi yang bagus.
dan skill seperti ini yang harusnya dimiliki setiap pimpinan, skill untuk memimpin.
0 Komentar